Bab 23

235 93 2
                                    

Dimohon untuk vote dan komen.
Dan jangan lupa follow akun Dhap.
Terimakasih (◕ᴗ◕✿)

_𝖘𝖊𝖑𝖆𝖒𝖆𝖙 𝖒𝖊𝖒𝖇𝖆𝖈𝖆_

Dua jam terakhir pelajaran, Dewi sudah berada diruangan OSIS diantara para anggota. Ketua OSIS, Dirga, masih berdiri memandu jalannya acara rapat melalui proyektor diruangan tersebut. "Adakah yang belum terselesaikan?" Tanya Dirga. "Sie perlengkapan, bagaimana?"

Seorang wanita berambut pendek sebahu, ketua sie perlengkapan. "Semua perlengkapan sudah siap, hanya menunggu jalannya acara."

"Bagus," Dirga berbicara. "Yang lainnya? Sie acara, sie konsumsi?"

Seorang laki-laki yang duduk di kelompok belakang berbicara, "sie acara hanya menunggu jalan acaranya saja, sisanya hanya mengatur angkatan, poster pemberitahuan juga sudah ditempel dimading. Sisanya sudah beres."

Seorang wanita dengan rambut bergelombang, dengan kelompok yang tak jauh dari sie acara berbicara, "sie konsumsi masih dalam proses pencarian makanan yang cocok."

"Masih mencari?" Dirga berbicara, wanita itu hanya mengangguk. "Apakah ada kendala?"

"Kendalanya hanya susah mencari makanan bertema horor yang tidak membuat konsumen jijik. Hanya itu tapi sulit, namun kita akan tetap berusaha. Setidaknya masih ada waktu." Wanita itu kembali berbicara.

"Baiklah, lebih cepat lebih baik." Pandangan Dirga kembali memandang anggota-anggotanya. "Kemungkinan minggu ini tidak perlu mengadakan rapat lagi. Semuanya sudah beres, dan hanya menunggu kabar daris sie konsumsi." Matanya kembali menatap ketua sie konsumsi. "Kalau sudah menemukan konsumsi yang pas, jangan lupa kabari grup. Kita akan kumpul untuk mempersiapkan diri. Sepertinya rapat ini sudah bisa ditutup. Silahkan kembali keruangan kelas masing-masing. Sekian dari saya, terimakasih." Dirga mematikan layar proyektor dengan remot ditangannya.

Dewi menatap David, akhir-akhir ini lelaki itu makin tampak berbeda. Sedangkan teman-teman yang lain segera meninggalkan ruangan OSIS.

David yang masih duduk menatap depan menoleh kearah Dewi ketika merasa diperhatikan. "Ada apa?"

"Rambutmu basah? Kamu hujan-hujanan?" Dewi tentu tahu diluar hujan makin deras sejak satu jam yang lalu. Tepatnya sebelum mereka dipanggil untuk rapat dadakan.

"Iya," jawab David singkat kemudian berdiri dari meja kelompok.

"Mau kemana?"

David menoleh. "Kamu tidak dengar? Dirga sudah menutup rapat, untuk apa masih duduk disini?" David kembali melangkah meninggalkan Dewi yang masih terduduk.

"David!" Panggilan itu membuat pemilik nama terhenti namun tidak menoleh. "Aku tidak tahu kenapa kamu makin menghindariku, aku punya salah sama kamu?"

"Tidak." David kembali melangkahkan kakinya meninggalkan Dewi yang masih bertanya-tanya.

Dewi makin tidak mengerti, ia segera melangkah kembali ke kelas, pandangannya melihat punggung David yang berjalan diarah yang berbeda dengannya, membuatnya tak bisa bertanya mengapa lelaki itu berubah. Tidak mungkin jika hanya bertanya tentang barang yang hilang, atau tidak mengajak Nita dalam kumpulan malam itu.

Sesampainya dikelas, ruangan kelas ramai dengan ocehan anak kelas. Ada yang mengambar-gambar di papan tulis. Ada yang berkumpul dengan gosip terbarunya, ada yang berkumpul memainkan game online, dan lain sebagainya selayaknya jam kosong.

Dendam Tersirat✓حيث تعيش القصص. اكتشف الآن