Bab 13

297 124 0
                                    

Diwajibkan vote dan
Follow akun wattpad Dhap!
Terimakasih (◍^ᴗ^◍)

Follow ig juga @davina_frizky
.
.
.

_𝖘𝖊𝖑𝖆𝖒𝖆𝖙 𝖒𝖊𝖒𝖇𝖆𝖈𝖆_

SEMINGGU KEMUDIAN.

Dengan menatap langit, menampakkan bulan sabit yang terlihat indah dengan bintang-bintang yang memenuhi langit menjadikan suasana malam menjadi makin nyaman. Ditambah, saat ini tangan Nita ditarik oleh Bagas untuk makin memasuki area bazar kuliner yang ada di dekat danau. Bazar itu hanya diadakan sekali dalam setahun selama seminggu, dan sangat kebetulan Nita mendapatkan kesempatan untuk menikmati suasana di bazar malam ke-dua.

Mereka berdua melewati banyaknya orang-orang terlalu lalang di dalam area tersebut. Bukan hanya sekedar banyaknya macam makanan kuliner, di sana juga ada berbagai macam permainan yang bisa di coba. Mulai dari panahan, melempar bola pada susunan kaleng, memecahkan piring, memasukkan ring ke dalam botol dan masih banyak permainan lainnya termasuk membaca ramalan.

Nita menoleh kearah kanan, mendapati seseorang yang menjual batu-batu akik beraneka macam. Karena dirinya tidak mengoleksi batu-batu itu seperti bapak-bapak, Nita memilih mengacuhkan dan hanya mengikuti langkah Bagas mengelilingi bazar tersebut.

Dan akhirnya Bagas menghentikan langkahnya tepat pada permainan memecahkan piring menggunakan bola tenis. "Kau mau main?" Tanya Bagas kepada Nita tanpa melepaskan genggaman tangannya.

Sebenarnya Nita sangat menyukai permainan yang bisa melatih ketangkasan dan kefokusannya, namun coba lihat hadiah apa yang akan diberikan! Puluhan boneka terpasang pada dinding-dinding permainan tersebut, mulai dari boneka Teddy bear, boneka panda, boneka anjing, boneka pinguin, dan boneka-boneka lainnya dengan berbagai ukuran.

Nita mengerutu di dalam benaknya sendiri, mengapa hadiahnya harus boneka?

Belum juga dirinya menjawab ajakan Bagas, lelaki itu langsung memanggil penjaga permainan tersebut untuk memainkan permainan itu. Dengan segera penjaga itu memberikan tiga buah bola tenis didalam keranjang kepada pemuda di depannya, yaitu Bagas.

Bagas segera mengambil satu bola tenis tersebut dan menatap beberapa piring di depannya. Dirasa sudah mantap, Bagas langsung meluncurkan bola tenis itu dengan cepat dan memberikan kekuatan penuh kepada bola yang ia pegang. Sehingga sebuah piring pecah dari lemparan bola yang ia berikan.

Suara tepuk tangan yang riuh bukan hanya terdengar dari tangan Nita, melainkan orang-orang yang menonton juga menepuk tangan mereka sehingga menambah suasana malam makin ramai.

Bagas menoleh ke arah Nita yang masih tersenyum kegirangan, "kau mau coba?"

Nita segera menggelengkan kepalanya dan berkata, "tidak, kak Bagas saja."

Bagas menampakkan senyumnya, "tidak perlu takut, tidak masalah jika kau tidak bisa memecahkan piring itu. Setidaknya ada peluang kecil untuk mendapatkan hadiah."

Ingin sekali Nita mengatakan bahwa dirinya bukan mempermasalahkan piringnya pecah ataupun tidak, melainkan hadiah yang terpampang di depan matanya sangat tidak ia sukai, lagipula Nita juga tahu bahwa hadiah itu akan diberikan kepadanya. Bukannya sombong atau berpikir berlebihan, namun mana mungkin seorang lelaki membawa boneka seperti itu pulang?

"A-aku." Nita merasa gugup untuk mengatakan tidak, namun dirinya sebenarnya ingin mencobanya.

"Tidak perlu takut," Bagas memberikan satu bola tenis digenggaman Nita dengan senyuman. "Kau harus mencobanya."

Dendam Tersirat✓Where stories live. Discover now