Bab 3

382 194 18
                                    

Wajib Vote dan tinggalkan komentar!

PERINGATAN!
TERDAPAT ADEGAN KEKERASAN!
.
.
.

_𝖘𝖊𝖑𝖆𝖒𝖆𝖙 𝖒𝖊𝖒𝖇𝖆𝖈𝖆_

Malam itu, Nita dengan harap-harap cemas membuka paket yang sempat ia ambil dari meja siang tadi. Dia mengira itu adalah barang pesanan online-nya yang telah lama di tunggu-tunggu. Dengan hati berdebar, dia membuka paket tersebut, berharap akan menemukan barang yang dia inginkan.

Namun, saat dia membuka paket itu, rasa senangnya segera berubah menjadi kebingungan dengan raut heran. Di dalam paket tersebut, bukanlah barang pesanan yang dia harapkan. Melainkan selembar kertas ancaman yang berisi kata-kata mengancam, "Kamu tidak akan bahagia setelah ini."

Nita merasa terkejut, tetapi tetap mencoba tenang. Dia melanjutkan untuk memeriksa isi paket tersebut dan menemukan sebuah pisau dengan bercak darah yang mengental. Awalnya, ia merasa terancam, sesaat kemudian dia menyadari ada yang aneh dengan darah tersebut. Nita melihat lebih jelas pisau itu, mencoba menjilat beracak yang menempel di pisau. Setelah itu, dia tersenyum, menyadari bahwa itu sebenarnya itu bukanlah darah, melainkan hanya kecap yang dioleskan pada pisau, atau lebih tepatnya kecap yang diberi pewarna merah, sehingga menghasilkan warna darah hitam kental.

Meskipun merasa lega bahwa itu bukan darah asli, Nita tetap merasa waspada dan meletakkan kotak tersebut di bawah ranjangnya, merahasiakannya, dan berencana untuk segera mencari tahu siapa yang berada di balik ancaman ini.

***

Setelah selesai dengan pelajaran di laboratorium, Nita dan teman-teman kelasnya bersiap-siap untuk kembali ke ruangan kelas. Mereka berjalan menuju pintu keluar laboratorium melewati lorong panjang menuju kelasnya. Namun, Nita merasa ada yang kurang dari buku yang ia bawa, membuatnya langsung menghentikan langkah. Sedangkan teman-teman yang lain masih melangkahkan kakinya, termasuk sahabatnya, Dewi. Mereka masih belum baikan dari kejadian kemarin.

Shela yang melihat teman sekelasnya berhenti mendadak membuatnya bertanya-tanya, "ada apa Nit?"

Nita yang masih mengoreksi buku di tangannya dengan cemas mengatakan, "sepertinya buku catatanku ketinggalan deh!"

"yaudah kita ambil ke lab!"

Nita menggeleng kepalanya cepat, "kamu kekelas aja, bawain bukuku nih!" Nita memberikan tiga buah buku yang ia pegang kepada teman sekelasnya itu, menciptakan ekspresi heran dari wajah Shela. "Aku ambil bukuku dulu, terimakasih!" Kemudian langsung berlari menuju lab laboratorium.

Sedangkan Shela berdiri dengan terkejut melihat buku yang ia bawa bertambah banyak. "NITAA!" Namun sepertinya, suara panggilannya diabaikan oleh Nita. Tak mau berdiri lama di lokasi, ia lebih memilih untuk kembali ke ruangan kelas guna mengikuti pelajaran selanjutnya.

Nita yang sudah sampai, mencari bukunya dengan penuh perhatian, di dalam ruangan laboratorium yang luas dengan meja-meja laboratorium yang terbuat dari baja tahan karat yang tersusun rapi. Setiap meja dilengkapi dengan peralatan laboratorium seperti mikroskop, tabung reaksi, dan alat ukur yang berjejer dengan tertib.

Dinding ruangan laboratorium ini dipenuhi dengan papan tulis putih yang digunakan untuk menggambar diagram dan catatan selama praktikum. Selain itu, terdapat juga rak-rak kaca berisi bahan kimia yang ditempatkan dengan rapi.

Cahaya yang cukup terang masuk melalui jendela-jendela besar di salah satu sisi ruangan, memberikan penerangan alami ke dalam ruangan laboratorium. Hal ini menciptakan suasana yang nyaman untuk belajar dan eksperimen.

Dendam Tersirat✓Место, где живут истории. Откройте их для себя