Bab 21

242 93 36
                                    

Dimohon vote dan komen.
Terimakasih (◍•ᴗ•◍)

_𝖘𝖊𝖑𝖆𝖒𝖆𝖙 𝖒𝖊𝖒𝖇𝖆𝖈𝖆_

Setelah keluar dari ruangan kelasnya Nita tak melihat siapapun luar kelas bahkan ketua kelasnya pun tidak nampak di depan mata. Karena tidak mungkin dirinya menunggu sahabatnya di luar kelas sendirian, ia melangkah menuju suatu tempat yaitu perpustakaan. Sebenarnya Nita tidak terlalu menyukai yang namanya perpustakaan, namun tidak apalah sekali-sekali dirinya ingin membaca buku yang dia sukai tentang fisika maupun kimia. Siapa tahu dirinya bisa menjadi ilmuwan terkenal nantinya.

Nita mengambil satu buku mengenai bahan yang digunakan dalam praktek kimia. walaupun dirinya tidak terlalu membutuhkan pelajaran itu untuk sekolahnya saat ini, setidaknya dia punya pembekalan di dalam otak untuk kedepannya. Nita memberikan buku tersebut kepada petugas perpustakaan untuk di data terlebih dahulu kemudian ia membawanya pergi dari perpustakaan.

Nita melangkahkan kakinya pada tangga menuju rooftop, tepatnya pada rooftop gedung H. Menurut rumor yang terdengar, pernah ada seorang siswi yang melompat di rooftop tersebut. Namun tetap saja itu hanyalah rumor yang tersebar dari mulut ke mulut. Bahkan Nita sendiri tidak pernah melihat seorang siswa atau siswi yang melangkah menuju rooftop tersebut, maka dari itu dirinya memilih menikmati udara bebas di rooftop gedung tersebut.

Sebenarnya pilihan rooftop di sekolahnya cukup amat banyak, baik dari gedung A sampai gedung H. Namun dipastikan rooftop di gedung lain sudah ada pemiliknya, seperti geng ataupun anak-anak nakal yang biasa bolos kelas. Tenang saja Nita bukan termasuk dari golongan mereka. Dia datang ke rooftop gedung H hanya ingin menenangkan diri dengan membaca buku, itu bukan termasuk bolos bukan?

Dengan perlahan Nita membuka pintu rooftop gedung tersebut, tak lupa menutupnya kembali agar tidak ada yang tahu bahwa dirinya berada di gedung tersebut. Nita melangkah menuju pinggiran rooftop, memang terlihat berbahaya namun lihatlah pemandangannya. Sungguh indah dengan suasana kota yang ramai. Bahkan dari atas gedung rooftop ini siapapun bisa melihat taman kota disebelah barat, memang tidak terlihat begitu jelas, tetapi tetap saja itu terlihat.

Nita melompat naik ke atas pembatas rooftop dengan tinggi sedada. Tempat ini tidak seperti bayangan anak-anak yang sangat menyeramkan. Bahkan tempat ini sangat menenangkan bagi Nita. Pembatas di rooftop ini tidak hanya ada satu melainkan dua dinding dengan jarak setengah meter, membuatnya merasa lebih aman. Nita membuka buku yang sempat dia pinjam dari perpustakaan dan membacanya dengan santai.

Namun anehnya tiba-tiba ia teringat akan terasa sakit dari ucapan ibunda Bagas. "Apa benar orang tuaku tidak ingin merawatku karena aku pembawa sial?" Nita menatap langit yang agak mendung membuat air matanya tidak jatuh.

"Jika dipikir-pikir ucapan ibunda Bagas memang benar. Aku sangat menyusahkan Bunda, aku tidak nurut padanya, aku selalu menghabiskan banyak uangnya. Atau lebih parahnya lagi aku sudah merusak banyak barang-barang berharganya termasuk meledakkan mobil." Nita menghela napas.

Nita meletakkan buku pinjamannya tepat di sebelahnya, kemudian berdiri menatap langit yang mendung "Hey langit! Mengapa kau juga ikut sedih?"

Tentu saja tidak ada jawaban dari langit. Hanya orang bodoh yang menunggu jawaban dari langit. Mungkin benar Nita memang agak bodoh di saat-saat tertentu.

Nita menghela napasnya. "Aku kuat! Bahkan aku sangat bersyukur memiliki Bunda yang merawatku dengan kasih sayang yang besar!" Nita berteriak dengan lantang. "Hey takdir! Kau tidak bisa meruntuhkanku hanya dengan ucapan ibunda Bagas."

Dendam Tersirat✓Where stories live. Discover now