Bab 28

213 87 4
                                    

Budayakan vote sebelum membaca.
Dan jangan lupa follow.
Terimakasih (≧▽≦)

_𝖘𝖊𝖑𝖆𝖒𝖆𝖙 𝖒𝖊𝖒𝖇𝖆𝖈𝖆_

Sepulang sekolah Nita langsung disambut Bunda dengan baik, mereka duduk didepan televisi yang menayangkan serial drama favorite Bunda.

"Gimana tadi ujiannya?" Tanya Bunda saat tayangan iklan satu menit menjeda serialnya.

"Lancar Bun. 98% aku bisa." Tatapan Nita masih tetap kearah layar televisi. Lidahnya seolah susah untuk membahas tawaran liburan David. "Bunda."

"Iya?"

"Apakah ada tontonan lain selain serial drama?" Duh, bagaimana ini? Kenapa lidahnya jadi berbelok.

"Kamu ini mau bicara apa sih dek? Sejak kapan kamu tertarik membicarakan tontonan televisi, bukankah kamu selalu menyibukkan diri menggambar?"

Aduh, langsung ke intinya sajalah. Bunda juga sudah tahu karakter dirinya yang suka membantah. "Jadi begini Bun. Tadi temanku, David, ajak aku liburan selama dua hari setelah ujian selesai. Kita tidak cuma berdua kok Bun, ada Dewi dan teman-teman yang lain."

"Terus?"

"Bunda ijinin aku liburan?" Tanya Nita hati-hati, tentu saja bunda tidak akan mengijinkannya.

Bunda terlihat memikirkan sesuatu. "Apakah kamu mau ikut liburan mereka?"

"Lima puluh, lima puluh."

"Kenapa ragu?" Tanya Bunda. "Atau sebenarnya kamu ngak mau ikut mereka?"

"Aku hanya khawatir, kalau aku liburan, bagaimana dengan Bunda? Aku tidak mungkin meninggalkan Bunda sendiri dirumah." Jujur Nita memang memikirkan itu, mengingat ancaman orang asing itu yang akan membunuh orang terdekatnya. Dilain sisi dirinya harus tetap mengawasi orang berjubah itu, Nita tahu orang itu jarang nampak sejak kebakaran apartemen Profesor Agami. Hal itu juga harus menjadi waspada untuknya. Dan dirinya juga harus mendatangi lokasi apartemen Profesor Agami lagi untuk mencari bukti. Nita tahu tempat itu akan diperbaiki dalam waktu dekat, maka dari itu dirinya harus bertindak cepat.

"Kenapa kamu jadi khawatir sama Bunda? Bunda baik-baik saja. Kemungkinan saat kamu liburan, Bunda pasti kerja."

Apakah kalau Bunda kerja, Bunda akan baik-baik saja. "Tapi bagaimana saat Bunda pulang kerja?"

"Ya tidurlah, istirahat, apalagi?"

"Maksudnya Bunda kan sendiri, apa Bunda tidak suruh om Andra tidur sini saja? Jaga Bunda." Sebenarnya Nita tidak suka, tapi mau bagaimana lagi Bunda harus tetap aman.

"Kamu kenapa sih dek? Seakan Bunda dalam bahaya. Rumah ini sudah ada keamanannya, apa yang harus dicemaskan?"

Nita menggeleng. "Tidak ada tempat aman Bunda, termasuk rumah ini." Tentu saja kejadian selama ini tidak ada yang membuatnya benar-benar merasa aman. Apakah kotak bom termasuk aman? Sepertinya tidak. Bahkan orang asing itu masih bisa mengancam lewat kotak, dan bisa meletakkannya diteras. Sedangkan saat padam listrik ada orang lain yang ngintai rumahnya. Itu tentu tidak aman bukan?

"Lalu kamu mau menerima tawaran liburan dari temanmu atau tidak?"

***

Dendam Tersirat✓Where stories live. Discover now