GENTHA | Keajaiban?

Start from the beginning
                                    

"Wait, itu bukannya Thara, ya?" tanya Bastian sembari menunjuk ke arah Thara.

Heafen yang sedang mendorong kursi roda Gendra pun langsung mengikuti arah tunjuk Bastian, begitupun dengan Gendra, Prince, Malvyn, dan Daniel.

"Ngapain Thara ada di rumah sakit ini? dia sakit, kah?" tanya Daniel, bingung.

"Itu urusan dia, kita nggak perlu kepo," ujar Malvyn.

Gendra mengalihkan pandangannya ke arah lain, tidak mau melihat ke arah Thara. "Cepet! I want to hurry home," titah Gendra.

Heafen terus mendorong kursi roda Gendra hingga keluar dari rumah sakit.

☠️

"Why do i have to be pregnant?! why?!!!" Thara mengacak-acak rambutnya frustasi.

Hingga saat ini masih tidak ada yang mengetahui tentang kehamilannya, karena Thara terlalu takut untuk memberitahu Gilbert dan Chitto.

Sudah berhari-hari Thara mengurung dirinya di dalam kamar, bahkan Chitto juga sudah lelah bolak-balik ke kamar Thara hanya untuk menyuruhnya keluar dari kamar.

Setiap hari Chitto membujuk Thara agar keluar dari kamar. Namun, Thara tetap keras kepala. Hal itu juga membuat Chitto semakin khawatir, sekaligus bingung tentang masalah apa yang sudah membuat adiknya mengurung diri di dalam kamar.

Tiba-tiba sebuah ide muncul. Thara segera keluar dari kamarnya, ia pergi menuruni tangga menuju dapur, matanya mencari-cari keberadaan salah satu ART-nya.

"Bi, Raline boleh minta tolong nggak?" tanya Thara saat sudah menghampiri Bi Qias yang tengah mencuci piring di wastafel.

Bi Qias menoleh, lalu tersenyum senang. "Akhirnya Non Raline mau keluar dari kamar. Laper nggak, Non? mau Bibi siapin makanan?"

Thara menggeleng dan tersenyum tipis. "Raline cuma mau minta tolong aja, Bi. Boleh 'kan?"

"Boleh dong, Non. Emangnya, Non Raline mau minta tolong apa ke Bibi?"

"Raline tiba-tiba pengen buah, tolong beliin buah nanas, ya, Bi?"

"Oh, oke, Non. Bibi beliin sekarang, ya?"

Thara mengangguk. "Iya, Bi. Raline tunggu di kamar," setelah itu, Thara kembali ke kamarnya.

Setelah bermenit-menit menunggu Bi Qias datang membawa nanas pesanannya, akhirnya nanas yang Thara inginkan berada di hadapannya. Namun sebelum itu, Thara menatap nanas yang sudah di potong-potong oleh Bi Qias. Apakah ini adalah pilihan yang tepat?

Thara menatap perutnya. "Anak ini seharusnya nggak ada."

Thara mencoba untuk meyakinkan dirinya, tetapi hatinya berkata lain. Namun tetap saja, pada akhirnya Thara mengambil sepotong nanas itu, dan mulai memasukkannya ke dalam mulutnya.

"Don't eat!!"

Belum sempat nanas itu masuk ke dalam mulut Thara, Chitto tiba-tiba memasuki kamarnya. Thara lupa tidak mengunci pintu kamar.

"K-kenapa? gue 'kan, lagi pengen makan b-buah nanas," ucap Thara, terbata-bata.

Chitto berjalan mendekati Thara dengan tatapan tajam. "Lo makan nanas itu, berarti lo ngebunuh anak lo sendiri!"

Mata Thara membulat, terkejut dengan apa yang baru saja ia dengar. "How do you know i'm pregnant?"

"Lo yang ngomong sendiri."

Chitto mengetahui tentang kehamilan Thara, karena tadi ia tak sengaja mendengar Thara mengatakan bahwa gadis itu tengah hamil.

Detik berikutnya, Thara menghambur ke dalam pelukan Chitto. "Kenapa gue harus hamil di saat gue udah cerai sama dia, kak? dia pasti nggak percaya kalo anak yang ada di perut gue ini anak kandung dia."

GENTHA [END]Where stories live. Discover now