Part 45

454 21 6
                                    

"Fa, kamu yakin? Kalau mau berubah pikiran kita bisa putar balik."

"Kenapa? Kamu pikir aku bakal nangis-nangis liat Pak Raka nikah sama Adelia?"

Abian menggeleng, sambil terus memperhatikan jalan. "Bukan gitu, Fa. Cuma, aku nggak mau aja kamu sakit hati. Aku menghargai usaha kamu buat ngelupain semuanya dan aku nggak mau gara-gara ini kamu jadi keinget sakitnya lagi."

"Percaya sama aku, Yan. Aku bakal baik-baik aja." Rifa menumpukan jari-jarinya di atas pergelangan tangan Abian. Senyumnya yang manis membuat hati Abian berbunga-bunga. Persis seperti pertama kali mereka jadian. "Kan, udah ada kamu."

"Mulai deh gombal," cibir Abian.

"Ih nggak gombal, siriuuuuusssslyyyyy aku tuh."

"Cium dulu lah kalo serius," goda Abian menunjuk pipi kirinya yang langsung mendapat tabokan dari Rifa.

"Cium cium aja, haraaaaam tau."

"Heh, denger ya, kau Rifa, yang haram itu cuma babi!" balas Abian menirukan suara video yang sedang ramai di tik-tok. Mereka berdua tertawa di sepanjang jalan menuju gedung tempat dilaksanakannya akad nikah Raka dan Adelia.

Sementara itu di ruangannya Adelia tampak semringah memandang wajahnya di depan cermin. Tidak ada lagi rasa malu atas penikahan yang terjadi karena "kecelakaan". Tidak peduli tamu undangan mau berkata apa, yang jelas semua mimpinya sudah menjadi nyata. Kehilangan orang tua diusia sangat dini karena kecelakaan yang disebabkan oleh ulah pengusaha bernama Tomi membuatnya menyimpan dendam luar biasa terhadap Rifa.

Ya, Adelia memang masih bayi saat kecelakaan itu terjadi. Tapi potongan koran yang tersimpan di lemari orang tua angkatnya membuat Adelia mengetahui semuanya, siapa orang yang telah menewaskan kedua orang tuanya.

Dari sanalah ia mulai membenci Rifa, kakak kelasnya. Semakin hari kebencian itu semakin besar. Adelia tidak terima Rifa hidup bahagia di atas penderitaaanya.

"Sekarang lu pasti hacur banget, liat orang yang lu cintai nikah sama gua, Fa. Meskipun itu nggak sebanding sama apa yang udah bokap lu lakuin ke orang tua gua, bikin gua jadi yatim piatu." Adelia menarik napas, tidak ingin riasannya hancur karena air mata.

"Di luar sudah banyak tamu undangan, coba berdiri sebentar. Perut kamu kelihatan buncit, nggak?" Wanita berambut pirang dengan kebaya merah terang itu memandangi Adelia. "Syukurlah nggak terlalu kelihatan. Mbak, tolong di benerin lagi bedaknya," pintanya pada penata rias. Ibu angkat Adelia itu memang agak perfectionist dalam urusan berdandan.

"Ma, Pak Raka udah ada?"

"Udah, dia udah datang. Untunglah dia itu bertanggung jawab, kalau enggak bisa hancur image keluarga kita."

Adelia mengangguk diikuti senyum tipis. "Maafin, Adel ya Ma. Sumpah ini bukan kemauan Adel, semua terjadi gitu aja dan nggak bisa Adel tolak." Wanita itu merentangkan tangannya, memeluk Adelia. "Setelah ini kita bisa pindah ke luar negeri. Kita urus sekolah kamu di sana, Mama nggak mau pendidikan kamu berantakan."

***

Suasana terlihat sudah ramai. Gedung yang dihias dengan bunga-bunga bernuansa putih dan emas itu tampak mewah. Sajian prasmanan, musik band dan wajah semringah dari calon mempelai wanita tak lamtas membuat Raka menarik senyum di bibirnya.

Pandangannya kosong, berhadapan dengan saksi dan penghulu. Tamu undangan pun jadi bertanya-tanya, mengapa seperti ada kesan terpalsa dalam pernikahan mereka. Dan itu terdengar jelas di telinga Adelia.

"Pak Raka saya mohon jangan bikin saya dan orang tua saya malu. Senyum, Pak, jangan kesannya kayak terpaksa," bisik Adelia.

"Memang begitu kenyataannya," balas Raka.

Guru BK Ngeselin Itu, Suami Gue! [COMPLETED√]Where stories live. Discover now