Part 36

249 7 0
                                    

"Kak Raka, sumpah ini nggak lucu! Kak Raka, tunggu!" Rifa mengejar langkah Raka, menuruni anak tangga. "Aneh banget nggak sih, Kak? Kenapa tiba-tiba Kak Raka mau pisah? Kak Raka lagi ngeprank?"

Raka berhenti lalu berbalik menatap Rifa. "Kamu tahu saya nggak pernah bercanda, kan, Fa? Saya bilang, saya mau kita pisah."

"Saya tuh nggak lagi ulang tahun. Kak Raka nggak perlu ngeprank deh. Masa iya, baru banget kita baik-baik aja, terus sekarang Kak Raka minta pisah?" Rifa tersenyum geli, menangkup pipi Raka. "Kak Raka nggak cocok tau ngeprank-ngeprank kayak gini."

"Saya ... saya nggak pernah bercanda, Rifa." Raka menepis tangan Rifa dari wajahnya. Ditatapnya gadis itu dengan tatapan tajam. "Mulai hari ini ... saya bukan lagi suami kamu begitu pun sebaliknya. Hari ini, saya ceraikan kamu."

"Nggak." Rifa menggeleng diikuti tawa renyah, meski matanya berkaca-kaca. Ia masih tidak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar dari mulut Raka. "Kak Raka, sumpah ini nggak lucu."

"Memang nggak ada yang lucu dari perceraian, Fa."

"Iya, ta-tapi kenapa?"

"Karena selama ini saya cuma terpaksa menikahi kamu. Yang orang-orang bilang tentang Raya itu benar. Saya menikahi kamu atas permintaan Om Tomi, bukan karena saya mencintai kamu."

"Kak Raka—"

"Saya tahu ini nggak adil. Tapi saya juga nggak bisa terus-terusan sandiwara. Saya nggak pernah mencintai kamu. Saya mempertahankan pernikahan kita hanya karena saya kasihan sama kamu yang udah telanjur jatuh cinta sama saya. Tapi sekarang, saya udah nggak bisa, karena ada orang lain di hati saya."

"Sumpah ... ini kalo Kak Raka nge-prank, Kak Raka berhasil banget loh, Kak." Rifa menekan dadanya yang terasa sesak, memalingkan wajahnya yang berlinang air mata. "Coba kasih tau sekarang, kameranya ada di mana?" ia melihat ke segala arah, mencari kamera tersembunyi yang mungkin Raka letakan karena sungguh, Rifa tidak percaya dengan apa yang baru saja Raka katakan.

"Sekali lagi saya nggak akan bercanda soal perceraian, Fa."

"Ja-jadi ... selama ini, Kak Raka?"

Raka mengangguk membenarkan. "Saya minta maaf. Saya cuma nggak mau bikin Papa kamu kecewa. Tapi ... saya juga nggak bisa selamanya bersandiwara pura-pura cinta sama kamu."

Seperti ada batu besar yang masuk ke tenggorokan. Rifa tidak tahu lagi harus berkata apa. Oksigen di sekitarnya terasa sedikit membuat wajahnya memerah, matanya semakin panas tak mampu mengontrol air mata yang jatuh berserakan di pipi.

Apakah ini mimpi buruk? Tidak. Tidak ada mimpi yang sakitnya begitu nyata. Setiap kalimat pengakuan keluar dari mulut Raka swperti pedang transparan yang merobek-robek hati Rifa.

Cinta yang selama ini Raka tunjukan hanyalah sandiwara belaka. Fakta bahwa Raya hamil di luar nikah pun benar adanya. Faktor utama terjadinya pernikahan antara dirinya dan Raka. Semua orang terlibat dalam kebohongan ini, menjebaknya, membuatnya jatuh dalam sakit hati yang luar biasa. Mengapa Raka membuat ya jatuh cinta hingga sedalam ini?

"Kenapa Kak Raka sejahat ini sama saya?"

"Saya minta maaf."

"Nggak! Saya nggak butuh permintaan maaf! Saya tanya kenapa Kak Raka sejahat ini sama saya? Kalo dari awal Kak Raka nggak pernah cinta sama saya kenapa Kak Raka nggak pernah bersepakat sama saya, buat cerai di awal, saat saya nggak ada perasaan apa-apa sama Kak Raka,

Kak Raka malah bikin saya jatuh cinta sama semua kebohongan Kak Raka. Sikap baik Kak Raka yang bikin saya luluh, ngehancurin hubungan saya sama Abian! Kenapa Kak Raka sejahat itu sama saya?! Kenapa Kak Raka hancurin hati saya di saat saya yakin kalo Kak Raka adalah orang yang nggak bakal nyakitin saya, kenapa, Kak?!"

Guru BK Ngeselin Itu, Suami Gue! [COMPLETED√]Where stories live. Discover now