Part 38

222 11 1
                                    

"Udah, lu aman kok di sini." Rifa membawa Adelia menjauh setelah berjanji akan menutup rapat-rapat hal ini dari orang lain. Beruntung ruang OSIS letaknya terpencil, jadi keributan tadi tidak terlalu mengundang perhatian, lebih-lebih pada jam pelajaran. Rifa memberikan seragamnya yang lain untuk Adelia yang sudah tidak karuan. Gadis itu terus saja menangis sesegukan.

Melihat kondisi Adelia yang tak memungkinkan untuk diinterogasi, maka Rifa memilih untuk diam dengan segudang pertanyaan bersarang di kepala.

Beberapa telah berlalu dan Rifa tidak sanggup lagi menahannya. "Sebenarnya lu ada hubungan apa sama Pak Raka?"

Pertanyaan yang sudah Adelia tunggu-tunggu sejak tadi. Kalimat yang sudah ia rangkai di kepala satu persatu ia suarakan.

"Jawab, kenapa lu bisa hamil?" Rifa melempar pertanyaan tambahan.

"Gua minta maaf, Kak. Tapi sumpah semua itu terjadi bukan karena kehendak gua. Malam itu, Pak Raka nyerempet saya di jalan...."

Cerita mengalir dari mulut Adelia memantik berbagai ekspresi dari sang pendengar. Marah, kaget, kecewa dan lain sebagainya.

"Awalnya gua juga nggak tau, Pak Raka dijodohin sama lu. Oke, gua emang suka sama Pak Raka tapi nikung dia dari lu, gua nggak akan ngelakuin itu. Gua berusaha nolak waktu Pak Raka ngajak gua ngelakuin hal itu, tapi gua bisa apa, Fa? Kondisinya Pak Raka lagi mabuk dan membabi buta sampai hal itu akhirnya terjadi."

Adelia menangis sesegukan, meraih jari-jari Rifa dan menggenggamnya. "Gua udah berusaha buat menghindar, sampai gua mau bunuh diri, karena gua nggak mau jadi perusak hubungan orang. Apalagi itu hubungan lu, Fa. Tapi ...." tangisnya semakin kencang. "Tapi Pak Raka janji kalo dia bakal tanggung jawab."

Jadi itu alasan Raka menceraikannya? Dan orang lain yang Raka cintai adalah Adelia?

"Kak, gua minta maaf. Gua nggak mau semua ini terjadi. Gua lebih baik mati daripada harus jadi perebut suami orang— "

"Gua udah cerai sama Pak Raka," jawab Rifa.

"Ce-rai?" Rifa mengangguk. "Ini pasti gara-gara gua kan, Kak. Gua emang perusak hubungan orang! Gua benci sama diri gua sendiri! Gua benci sama anak ini!" Adelia menangis lagi kali ini semakin keras, ia bahkan memukuli perutnya membuat Rifa panik, menenangkan. Rifa memeluk Adelia, meredam ego yang ingin sekali menjambak rambut gadis itu, mencaci makinya sampai puas karena untuk ke sekian kali ia merebut orang yang Rifa cintai. "Biarin gua mati, Kak."

"Tenangin diri lu, Del."

"Gimana gua bisa tenang, Kak? Gua ngerebut seseorang yang udah jadi hak milik orang lain. Gua akuin, gua suka sama Pak Raka, nggak kayak gini jalan yang gua mau."

Rifa juga tidak ingin menempuh jalan yang seperti, terlalu banyak liku dan air mata. Sesak yang satu belum habis, sudah ditambah beban yang lain. Tuhan seperti tak memberi Rifa jeda untuk bernapas.lega dari permasalahan hidup yang amat pelik.

"Seperti yang pernah Pak Raka bilang sama lu, Del. Kita nggak pernah saling cinta. Gua nikah sama Pak Raka atas dasar terpaksa. Kita sama sekali nggak pernah tidur seranjang dan ngelakuin hal layaknya pasangan suami istri, karena gua benci sama dia." Rifa melepas pelukannya, menghapus air mata Adelia dengan jari jempolnya. "Lu nggak salah dan lu nggak nyakitin gua sama sekali dalam hal ini. Malah gua berterima kasih karena lu udah bebasin gua dari pernikahan itu."

"Tapi, Kak...." Rifa menggeleng, tak ingin Adelia melanjutkan kalimatnya.

"Selama Pak Raka ada niat buat tanggung jawab, lu terima aja. Jangan ada sedikitpun di otak lu ngerasa kalo lu ngerebut dia dari gua. Karena gua nggak pernah sedikit pun cinta sama dia. Karena di hati gua cuma ada Abian."

Guru BK Ngeselin Itu, Suami Gue! [COMPLETED√]Where stories live. Discover now