Part 42

157 11 0
                                    

"Gaissssss, liat gua nemu berita apa."

"Gua tebak, pasti berita-berita nggak penting kayak biasa." Tara berujar sambil berkaca di layar ponselnya.

"No! Gua yakin kalian bakal kaget sih liat ini."

"Apaan sih emangnya?" Tara mendekati Serra, melihat berita yang sedang heboh dibicarakan cewek itu. Mulutnya langsung terbuka lebar. "Tuhaaaan! Asli sih, lu harus liat ini juga, San."

"Berita apaa?"

"Adelia mau nikah sama Pak Raka."

"Uhuk!" Susan yang tengah minum es teh kontan saja langsung tersedak. Dia yang tadinya tidak mau kepo langsung mengambil ponsel  Serra, membaca berita dari akun ghibah SMA Nusantara. "Ini hoax nggak sih?"

"Nggak dong, San. Itu berita fakta. Adelia hamil anaknya Pak Raka, makanya dia nggak pernah keliatan di sekolah lagi. Sumpah gua kaget banget."

"Iya, mungkin itu juga alesan kenapa Pak Raka resign."

"Ah gua jadi inget cowok yang di pesta ulang tahunnya Adelia. Jangan-jangan itu Pak Raka yang pake topeng." Tara mencoba mem-flashback ke belakang. "Tapi masa iya, sih?"

"Kalo sampe ini berita hoax, parah banget sih. Secara ya, gua masih nggak percaya kalo Pak Raka ngelakuin hal itu ke muridnya." Serra memasang wajah kecewa, namun masih melakukan pembelaan terhadap Raka.

"Tapi bisa jadi bener," sahut Susan. "Mereka kan deket banget. Pak Raka ngebantuin Adelia bikin visi-misi nyalon OSIS. Terus juga mereka sering kerja bareng, bukan nggak mungkin itu kejadian beneran. Mana bisa sih kita nilai orang cuma dari covernya, yang keliatannya kalem bisa aja lebih buas."

"Iya juga sih. Tapi sumpah, gua nggak yakin sama sekali Pak Raka tega kayak gitu. Dari kacamata gua sih, si Adelnya yang kegatelan."

"Kalo sampe hamil, berarti keduanya sama-sama gatel, Ser, bukan ceweknya doang," sahut Tara. "Udah ah, mau ke kantin gua. Pagi-pagi udah ghibah aje lu. Yuk, San!" ajak Tara.

"Gua mau ke toilet dulu. Nanti nyusul."

"Yaudah, kita duluan ya."

Susan mengangguk membiarkan Tara dan Serra pergi lebih dahulu ke kantin.

***

"Pak Raka, saya bagusnya pakai kebaya yang ini atau yang tadi?"

"Terserah." Raka memalingkan wajah, tak sedikit pun tertarik melihat Adelia mencoba kebaya yang akan mereka gunakan saat akad nikah nanti.

"Pak Raka kenapa, sih?" Adelia berbisik. Wajahnya berubah badmood saat itu juga. "Pak Raka udah janji ya, sama orang tua saya bakal tanggung jawab. Tolong dong, jangan bikin mood saya ancur."

"Saya berharap saya kecelakaan dan mati, supaya pernikahan ini tidak terjadi," balas Raka sarkas. Ia menghampiri Mita yang berdiri termenung di depan sebuah etalase, memandang kebaya yang sama seperti yang dahulu Rifa pakai saat mereka akad.

"Ma?" wanita itu terperanjat, cepat-cepat menghapus air matanya. "Mama kenapa?"

Mita menggeleng. "Nggak pa-pa. Sudah, milih kebayanya?"

"Dia masih pilih-pilih yang cocok."

"Sebenarnya mama kecewa sekali sama kamu, Raka. Bisa-bisanya kamu melakukan hal seperti ini sama murid kamu sendiri." Mita buka suara. Wanita itu mengusap dadanya yang terasa sesak. Malu pada dirinya sendiri yang telah gagal mendidik anak laki-lakinya. "Pantas saja tidak ada angin tidak ada hujan kamu menceraikan Rifa. Ternyata gara-gara semua ini. Kalau dari awal kamu menolak perjodohan dengan Rifa, kamu tinggal menolak. Jangan membuat Mama malu dengan kelakuan yang seperti ini."

Guru BK Ngeselin Itu, Suami Gue! [COMPLETED√]Where stories live. Discover now