17. Menerima

596 132 28
                                    

Jangan lupa klik bintang nya ya, sebelum membaca

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Jangan lupa klik bintang nya ya, sebelum membaca

Happy reading yall!

Victory meletakkan set kesepuluh dari selusin mawar sebelum ia kembali ke mobilnya untuk mengambil dua set terakhir. Lelaki itu melangkah ke halaman dan menempatkan dua yang terakhir untuk di turunkan. Ia memutuskan untuk menaruh beberapa bunga ke dalam boneka beruang yang sangat besar yang memenuhi seluruh bagasi mobilnya. Victory melangkah mundur untuk melihat pekerjaannya sebelum pergi dari halaman rumah yang sudah sangat ia kenal selama beberapa bulan terakhir.

Victory melihat John sedang berbicara dengan salah satu wanita yang menghadiri gereja dan ia kebetulan salah satu tetangga John. Wanita yang lebih tua itu berjalan pergi menjauh saat Victory berjalan menuju Pendeta John.

"Victory?" ucap John dengan heran. Ia tidak menyangka Victory ada di sini. Ia tahu bahwa Jennie dan Victory tidak berbicara selama beberapa hari. Ia curiga Victory menyerah pada putrinya. Tapi sekarang ia berpikir lain.

"Aku tidak akan ke mana-mana. Tolong beritahu Jennie tentang itu," kata Victory menatap lurus mata John.

Victory ingin Jennie tahu bahwa ia tidak akan meninggalkannya. Apalagi sekarang, di saat Jennie sedang sangat membutuhkannya. John melihat pekarangan rumahnya yang dipenuhi bunga dan boneka beruang besar. John melihat kembali ke Victory dan menganggukkan kepalanya.

John senang Victory membuktikannya bahwa ia telah salah menilai. Tatapan putus asa di mata Victory menunjukkan bahwa ia tulus. Pada saat itu John menyadari bahwa ia tidak dapat memilih orang yang lebih baik dari Victory untuk mencintai putrinya.

***

V

ictory memutar sekrup terakhir sebelum menutup kap mobilnya. Ia mendongak dan napasnya tercekat ketika ia melihat Jennie berdiri di sana, mengenakan sweater yang pernah ia beri.

Ini adalah pertama kalinya Victory melihat Jennie sejak sang gadis memberitahunya tentang kutukan mengerikan itu. Victory menelan ludah sebelum berjalan menuju Jennie. Lalu Jennie berjalan ke arah Victory dengan kepala tertunduk. Victory memasukkan satu tangan ke sakunya dan meletakkan tangan lainnya di belakang lehernya.

Jennie memainkan tangannya dan ia tidak bisa menatap mata Victory. Rasanya canggung seperti mereka adalah dua orang yang disatukan untuk melakukan sebuah proyek tetapi tidak tahu apa-apa tentang satu sama lain. Jennie tidak menyukai kecanggungan ini dan memutuskan untuk berbicara.

"A-aku sangat menyesal," Jennie tergagap. "Seharusnya aku memberitahumu lebih awal..." sesalnya.

Victory melihat ada kantong di bawah mata gadisnya dan ia terlihat lebih pucat. Matanya sedikit tidak bernyawa dan rambutnya diikat kuda. Victory dapat melihat bahwa rambutnya kehilangan sebagian kilaunya. Tapi bagaimanapun juga Jennie tetap cantik. Victory akan menjaga Jennie dengan lebih baik sekarang.

Victory menggeleng. "Tidak, aku yang seharusnya minta maaf padamu." Ia meraih tangan Jennie. "Aku menahanmu dan membuatmu melakukan banyak hal." Victory menyalahkan dirinya sendiri.

"Tidak tidak!" Jennie meninggikan suaranya. Ia tidak ingin Victory menyalahkan dirinya sendiri atas apapun. Ini bukan salah siapa-siapa. Terutama bukan salah Victory. "Kau... Kau justru membuatku sehat lebih lama." kata Jennie jujur.

Itu benar. Biasanya Jennie menghabiskan waktunya dengan membaca. Memang bukan hal yang buruk, tapi hanya saja Jennie tidak pernah benar-benar menghabiskan waktu untuk dirinya sendiri dan bersenang-senang. Ia selalu membantu orang lain atau melakukan sesuatu untuk orang lain ketika ia punya waktu ia hanya akan membaca. Tapi Victory membuatnya tertawa dan bahagia. Ia merasa lebih hidup dengan adanya Victory.

Lelaki itu menelan ludah. Ia memiliki keinginan untuk menangis tetapi tidak mungkin ia melakukannya di depan Jennie. Ia harus kuat untuknya. Victory bertanya-tanya apa yang terjadi di kepala Jennie. Apa yang ia pikirkan dan bagaimana perasaannya tentang hal itu. Victory menyadari bahwa ia egois dan hanya peduli pada apa yang ia pikirkan. Ia tidak pernah mempertimbangkan untuk bertanya kepada Jennie bagaimana perasaannya.

"Apakah kau takut?" Victory menanyakan hal pertama yang terlintas di benaknya.

"Takut mati?" tanya Jennie sambil tersenyum.

Victory memalingkan muka, rahangnya mengatup. Ia tidak mengerti bagaimana Jennie bisa membuat lelucon tentang hal seperti ini di saat seperti ini. Jennie tersenyum ringan melangkah mendekati Victory.

"Hei, tenanglah." Jennie menenangkan. Victory sedikit memelototi Jennie.

"Itu tidak lucu..." katanya lembut namun dengan suara yang pecah.

Victory sama sekali tidak menganggap ini lucu. Sudah pasti terlalu dini untuk membuat lelucon kematian. Ia tahu Jennie hanya berusaha mencairkan suasana tetapi itu hanya membuat hatinya semakin sakit.

Jennie menutup matanya. Dan mengambil napas dalam-dalam. Ia menempelkan dahinya ke dahi Victory. Jennie hanya ingin membuat Victory tersenyum atau merasa santai. Tapi ternyata ia hanya memperburuknya. Jennie tidak tahu harus berkata apa jadi ia memutuskan untuk mengatakan yang sebenarnya.

"Aku takut. Aku takut jika tidak bisa bersamamu." ungkap Jennie akhirnya. Ia menatap Victory dan ada genangan air mata disana.

Hati Victory hancur. Sakit, setiap kali melihat Jennie menangis. "Hei, tidak sayang... Itu tidak akan pernah terjadi." Victory memegang wajah Jennie dengan tangannya. Air mata demi air mata jatuh dari mata gadis itu dan Victory menghapusnya dengan ibu jarinya. Ia menarik Jennie untuk ciuman yang sudah lama tertunda dan penuh gairah. Ada sinkronisasi bibir dengan gerakan lainnya.

Hati Jennie terasa seperti itu setiap kali ia mencium Victory. Ia takut jika harus meninggalkan Victory dan ia tidak mau. Jennie akhirnya menemukan tempatnya yang sebenarnya dan ia tidak ingin semua berakhir.

Mereka kemudian melepaskan diri dan Victory menarik Jennie untuk memeluk tubuh mungil itu saat sang gadis menangis, membisikkan kata-kata yang menghibur di telinganya.

Mereka kemudian melepaskan diri dan Victory menarik Jennie untuk memeluk tubuh mungil itu saat sang gadis menangis, membisikkan kata-kata yang menghibur di telinganya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

.
.
.
.
.
.
.
.
TBC

See you in the next chapter🥺

Jangan lupa votement yaaa

[✔️] MetanoiaWhere stories live. Discover now