2. Hukuman

1.4K 240 33
                                    

Jangan lupa klik bintang nya ya, sebelum membaca

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Jangan lupa klik bintang nya ya, sebelum membaca

Happy reading yall!

Madelline sedang menyelesaikan sarapan ketika ia mendengar putranya datang ke dapur. Ia berbalik dan menatapnya. Madelline tidak pernah menganggap putranya anak yang nakal, Victory hanya melakukan suatu hal buruk. Wanita itu benci bahwa semua orang melihat Victory sebagai anak nakal.

Victory tertatih-tatih ke meja. Dari kecelakaan itu, pergelangan kakinya terkilir dan mendapat luka parah pada dahinya yang ditutupi perban tebal. Victory hanya perlu memakai kruk untuk sementara waktu. Tapi itu tidak seberapa dibandingkan dengan cedera yang dialami oleh Evan Walt, ia yakin. Victory duduk sambil mengerang sedikit karena kesakitan. Ia baru saja minum obat penghilang rasa sakit dan Victory tahu itu belum bekerja.

Victory mengambil garpunya dan mulai memakan makanan yang dihidangkan sang ibu di atas meja untuknya. "Kau tahu, Bu? Kakiku benar-benar sakit hari ini. Kurasa aku tidak bisa pergi ke mana pun." Victory mengatakan itu dan berharap ibunya akan mempercayainya. Tapi tentu saja tidak. Ibu selalu tahu. Hingga membuat Victory berpikir bahwa semua ibu memiliki indra keenam.

"Mungkin aku harus menelepon Ayahmu." kata Madelline berbalik sambil melipat tangannya. Madelline tahu persis bagaimana cara untuk menjinakkan putranya itu. Meskipun ia tidak ingin selalu menggunakan cara ini.

Victory memalingkan muka dan mengembuskan napas. Tidak. Tidak mungkin ia berbicara dengan pria tua itu.

"Tidak." Victory menolak. "Tidak, aku tidak mau berbicara dengannya. Tidak mungkin." Victory terkekeh tanpa humor. Ia tidak menganggap ini lucu atau menarik. Victory menatap ibunya dengan serius.

"Oke, ini harus segera dihentikan antara kau dan ayahmu." Madelline mengatakan sambil menggelengkan kepalanya. "Kau tidak bisa terus bersikap seperti itu pada Ayahmu. Bagaimanapun kau tetap membutuhkan seorang Ayah." Madelline selalu percaya bahwa Victory bertindak seperti ini karena ia tidak ingin membiarkan ayahnya kembali dalam hidupnya. Madelline berharap jika sang ayah yang melakukannya, Victory bisa menjadi seseorang yang lebih baik. Ia bisa menyingkirkan citra pemuda nakal yang tampaknya semua orang menganggapnya seperti itu.

Victory memalingkan muka lalu memutar matanya. Ia tidak ingin membicarakan hal ini lagi. Jadi dirinya tidak menghiraukan ucapan ibunya.

***

"Mari kita bersyukur hari ini bahwa kehidupan muda telah diselamatkan oleh Tuhan kita." Pendeta berkhotbah. "Mari kita berdoa untuk kehidupan orang lain yang terlibat, semoga bisa kembali dan berada di jalan kebenaran." Pendeta mengatakan dengan melihat kerumunan orang yang ia yakini terlibat dalam insiden Evan Walt. Naomi duduk lebih tegak dan melirik ke arah Victory yang menundukkan wajahnya.

Tuhan, Victory benar-benar tidak ingin berada di sini.

Pendeta turun dari kursinya dan mengangguk pada paduan suara untuk bernyanyi. Mereka memulai. Victory mendongak. Mereka semua berpakaian putih memegang buku musik berwarna hijau. Ia tidak terlalu peduli dengan gereja, atau apapun yang berhubungan dengan Tuhan. Terutama karena yang dilakukan semua orang di sini adalah menilai. Mereka semua menghakiminya. Bahkan pendeta. Victory tahu tatapan kotor yang diberikan Pendeta padanya. Ia membencinya. Ia tidak akan pernah datang ke tempat ini sendiri. Dirinya dipaksa ke sini oleh ibunya. Tak lama paduan suara mulai bernyanyi.

[✔️] MetanoiaWhere stories live. Discover now