16. Putus Asa

696 137 20
                                    

Jangan lupa klik bintang nya ya, sebelum membaca

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Jangan lupa klik bintang nya ya, sebelum membaca

Happy reading yall!

Victory berkedip, berusaha menghentikan air matanya. Tubuhnya masih membeku di tempat sampai ia merasakan tetesan hujan pertama di dahinya. Victory mendongak dan melihat langit yang gelap. Sungguh pengakuan Jennie benar-benar menghancurkannya.

Hal pertama yang ia lakukan adalah lari. Pemuda itu berlari sampai ia mencapai rumah dan kemudian melompat ke dalam mobilnya tanpa peduli dengan sabuk pengaman. Victory hanya bisa memikirkan satu solusi.

 Victory hanya bisa memikirkan satu solusi

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Pikirannya bingung. Ia tidak bisa berpikir jernih. Oh, tapi dirinya bisa merasakan dan saat ini ia sungguh merasa hatinya seperti terbelah dua. Victory sangat marah. Pada siapa? Tidak seorang pun secara khusus tetapi semua orang sekaligus. Victory tidak dapat memahami fakta bahwa Jennie, Jane-nya menderita penyakit mematikan.

Gadis itu tampak sangat sehat, bersemangat dan penuh kehidupan, tetapi sebagai kilas balik dari wajah penuh air mata Jennie sebelum ia mengenalnya lebih dalam, Victory tidak tahu bagaimana Jennie melewati hidupnya. Victory merasa itu salahnya. Jika tahu, ia bisa melindunginya lebih baik. Merawatnya. Victory merasa sangat bodoh karena tidak mengetahui atau melakukan apapun tentang penyakit yang diderita Jennie.

Pemuda itu berhenti di depan sebuah mansion. Victory membuka pintu mobil bahkan ia tidak mencabut kunci karena terburu-buru lalu berlari dengan cepat menuju rumah itu. Ia berhenti menangis sekarang bertekad untuk memperbaiki keadaan dan mungkin akan membantu. Ketika Victory sampai di pintu tangannya tidak ragu untuk membunyikan bel pintu. Ketika pintu tidak terbuka cukup cepat, ia mulai menggedor pintu, membunyikan bel lagi.

"Ayah buka pintunya!" teriak Victory lalu mengetuk sekali lagi sebelum ia mengutuk pelan dan berbalik.

Tentu saja sang ayah sedang berbaring nyaman di tempat tidurnya yang mahal bersama istrinya yang teladan dengan kehidupan yang sempurna, tidak mengkhawatirkan apa pun. Victory berjalan pergi mencoba memikirkan langkah selanjutnya. Victory belum terlalu jauh ketika telinganya mendengar suara pintu terbuka di belakangnya.

[✔️] MetanoiaWhere stories live. Discover now