19. Rumah Sakit

774 139 35
                                    

Jangan lupa klik bintang nya ya, sebelum membaca

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Jangan lupa klik bintang nya ya, sebelum membaca

Happy reading yall!

Victory menatap Jennie dengan mata berkaca-kaca. Tangan Jennie yang dingin menyatu dengan tangannya yang hangat.

Lelaki itu benci melihat gadis kesayangannya seperti ini. Tubuh ringkihnya terhubung ke beberapa alat medis dan bunyinya konstan keluar dari mesin itu. Sangat menjengkelkan. Tapi sekali lagi Victory tidak mempermasalahkannya karena itu adalah pengingat bahwa Jennie-nya masih hidup dan bernafas. Bahwa gadisnya baik-baik saja. Setidaknya untuk saat ini.

Victory ingin pulang, kemudian hanya meringkuk di tempat tidurnya lalu menangis. Tapi ia tidak bisa melakukan itu karena ia harus ada di sini saat Jennie bangun. Sudah sekitar dua hari sejak Jennie pingsan.

John panik karena Jennie sebenarnya tidak pernah pingsan sebelumnya. Ia tahu karena biasanya Jennie akan menahan diri sebelum ia jatuh dan duduk untuk beristirahat. Jennie tidak pernah sampai pada titik di mana ia pingsan sepenuhnya, sampai sekarang. John saat itu berteriak agar Victory memanggil ambulans.

Victory terkejut dari pekerjaannya ketika ia mendengar Pendeta John berteriak minta tolong. Jadi ia meninggalkan semua pekerjaannya dan berlari ke dalam rumah ke tempat suara itu berada.

Victory berlari ke kamar Jennie dan melihat Pendeta menggendong kekasihnya yang sudah sangat pucat. Jantungnya berhenti dan ia terjebak sesaat sebelum menyadari bahwa ia perlu melakukan sesuatu. John terus meneriakinya tapi Victory tidak peduli tentang itu. Ia hanya memikirkan satu hal. Cinta dalam hidupnya. Yang bisa ia pikirkan hanyalah "Tolong tetaplah hidup." Dan "Aku tidak bisa kehilanganmu."

Saat ambulans tiba tentu Victory ingin ikut tapi ia hanyalah sebatas kekasih Jennie. Mereka mengatakan kepadanya bahwa ia bisa saja naik jika keluarganya tidak ada di sana tetapi karena ayahnya—John ada maka Victory tidak dibutuhkan.

Victory merasa itu sangat tidak adil. Ia hanya ingin bersama Jennie. Ia tidak ingin Jennie sendirian dan meskipun ia memiliki ayahnya, Victory tahu itu tidak sama.

Jadi Victory dengan marah pergi ke rumah sakit menggunakan mobilnya sendiri, mempercepat perjalanan hanya untuk duduk di ruang tunggu ketika ia sampai di sana. Itu membuatnya kesal, tetapi ia mengerti bahwa para dokter harus merawat Jennie. Tapi tetap saja ia ingin berada di sana dan memegang tangannya.

Akhirnya Victory bisa pergi menemui Jennie setelah berjam-jam menunggu di ruang tunggu tetapi ketika ia sampai di kamar, rasanya ia ingin berbalik. Dan saat itulah air mata datang. Ia kesusahan untuk menjadi kuat jika dihadapkan dengan Jennie.

Jennie pucat. Terlalu pucat dan bibirnya yang biasa berwarna merah muda itu sekarang sedikit pecah-pecah. Jennie mengenakan gaun rumah sakit yang sangat longgar dan ia rasanya ingin mereka melepasnya dan memberinya sesuatu yang lebih nyaman untuk dipakai. Tapi jelas itu tidak akan terjadi.

[✔️] MetanoiaWhere stories live. Discover now