6. Keajaiban

727 153 27
                                    

Jangan lupa klik bintang nya ya, sebelum membaca

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Jangan lupa klik bintang nya ya, sebelum membaca

Happy reading yall!

"Apa kau serius Victory Cedric akan datang ke sini?" kata John pada Jennie.

Jennie sedang membuat teh di dapur sambil bercakap-cakap dengan ayahnya. "Anak laki-laki itu ceroboh, dia berbahaya. Dia laki-laki yang buruk." John menyatakan dengan marah.

John tidak suka membayangkan laki-laki, apalagi Victory Cedric, menghabiskan waktu bersama bidadari kecilnya. Ia tidak ingin Jennie terluka.

"Ayah, bagaimana dengan pengampunan?" Jennie bertanya. Ingin memberi Victory kesempatan. Ia tahu Victory hanya menunjukkan kepada orang-orang apa yang ingin mereka lihat dan bukan siapa ia sebenarnya. Jennie ingin ayahnya memberi Victory kesempatan juga. Lalu mungkin ayahnya akan melihat bahwa Victory tidak seburuk itu.

"Aku pikir kita telah mendiskusikan bahwa aku dapat memutuskan bagaimana aku ingin menghabiskan waktu dan... Hidupku." ucap Jennie ketika ia memasukkan beberapa ramuan ke dalam teh dan mencampurnya. John menatap Jennie. Kerutan muncul di wajahnya.

"Ya, itu Victory yang tidak kupercayai." ucap John. "Bukan kau, Jennie."

Seolah diberi aba-aba, bel berbunyi. Jennie merasa senang. Jennie menghentikan apa yang sedang ia lakukan. Lalu menuju pintu depan. Ketika membukanya, Jennie tidak terkejut menemukan Victory berdiri di sana dengan tangan di sakunya.

"Eh... Hai." Victory menyapa Jennie dengan senyum kecilnya.

"Hai." Jennie balas tersenyum.

"Jadi, kau akan membiarkanku berdiri menunggu di sini sepanjang sore atau bagaimana?" canda Victory membuat Jennie tertawa. Victory hari ini bersikap baik. Mungkin keadaan benar-benar berbalik.

"Baiklah. Ayo masuk." kata Jennie dan menyingkir dari jalan agar Victory bisa lewat. Victory melihat sekeliling begitu berada di dalam. "Skripku ada di kamarku, jadi aku akan segera kembali." kata Jennie menuju ke atas tangga.

"Anggap saja rumah sendiri." tambah gadis itu sebelum naik ke atas.

"Baik." kata Victory lalu menghela napas. "Tidak mungkin bisa." katanya saat Jennie telah pergi.

Begitu Jennie menaiki tangga, Victory mulai mengintip. Seperti apa rumah Pendeta? Ia bertanya-tanya. Victory berjalan melalui ruang tamu dan melihat gambar-gambar di dinding. Victory melihat gambar seorang pria, seorang wanita, dan seorang anak perempuan. Ia mengenali pria itu sebagai Pendeta dan anak perempuan itu sebagai Jennie. Wanita itu terlihat seperti orang asia. Victory segera menyimpulkannya sebagai ibu Jennie. Victory tahu istri Pendeta meninggal bertahun-tahun yang lalu, tapi ia tidak tahu kenapa. Saat itu Victory terlalu muda untuk mengetahui hal tersebut.

Victory berbalik dan melihat ke dinding lainnya. Ia melihat sebuah patung kecil terletak di atas lemari. Kemudian mendekat dan mengenalinya sebagai wajah Tuhan sebuah umat ketika di kayu salib. Tapi itu hanya kepalanya.

[✔️] MetanoiaWhere stories live. Discover now