12. Kencan

825 165 32
                                    

Jangan lupa klik bintang nya ya, sebelum membaca

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Jangan lupa klik bintang nya ya, sebelum membaca

Happy reading yall!

"Jangan tertipu, Tuhan tidak bisa dipermainkan." John membuat catatan dalam Alkitab. "Orang yang menabur, dia juga akan menuai." Victory masuk ke dalam gereja. Ia gugup sekali. Ia akan meminta izin ayah dari gadis impiannya untuk membawanya berkencan.

Orang yang sama yang melihatnya sebagai pembuat onar dan tidak bertanggung jawab. Telapak tangannya berkeringat, ia kemudian menyekanya pada skinny jeans hitam yang sedang dikenakan. Victory perlahan-lahan berjalan menyusuri lorong. Berjalan ke altar untuk menemui apa yang ia rasakan sebagai ajalnya.

Victory tidak pernah meminta izin ayah siapapun untuk berkencan sebelumnya, jadi ini semua baru baginya. Sangat asing. Victory menggigit bibirnya tanpa mengatakan apa-apa, setengah berharap John tidak melihatnya tetapi juga berharap sang Pendeta bisa melihatnya dan mengatakan sesuatu terlebih dahulu.

John sedang membaca, lalu meminum segelas air dan ketika pria itu mendongakkan kepala, ia melihat pemuda itu— Victory Cedric. John kembali menaruh gelas ke atas meja. "Dapatkah saya membantu Anda?" Pria itu berkata dengan dingin dan begitu formal.

John masih meragukan Victory. Ia merasa sesuatu hal terjadi pada Jennie di sekolah tetapi ia tidak tahu persis, tetapi ia tahu bahwa Victory membantu Jennie. Membuatnya berhenti menangis dan membelanya serta menghargainya. Tapi John masih tidak yakin.

"Uh—iya, Pak." Victory maju selangkah.

Sialan, Ia sangat gugup. Maksud Victory, bagaimana jika Pendeta John bilang tidak. Victory tidak tahu apa yang akan ia lakukan. Ia sangat menyukai Jennie dan jika Pendeta John mengatakan tidak maka Victory akan hancur.

"Aku ingin mengajak putrimu keluar pada sabtu malam." Victory gelisah dengan tangannya yang mengepal. Suaranya keluar dengan kuat tetapi tubuhnya mengkhianatinya dan merasa sedikit gemetar tetapi ia mencoba tetap tersenyum.

John selalu menerima kenyataan bahwa Jennie adalah putrinya yang sangat cantik. Bukan itu masalahnya, bukan masalah jika seorang anak laki-laki ingin mengajak putrinya berkencan, tidak. Masalahnya adalah anak laki-laki itu adalah Victory Cedric. Jadi tanpa ragu John berkata, "Itu tidak mungkin." Ia meminum airnya lagi. Wajah Victory meluruh.

"Dengan segala hormat, Pak..." Victory menghela napas. Ia harus berani. Demi Jennie. "Saya meminta Anda untuk mempertimbangkannya kembali."

"Dengan segala hormat Victory Cedric, saya sudah membuat keputusan." John menatap Victory dari buku, memberinya tatapan dingin. "Kau bisa, um, keluar dari jalan dimana kau masuk." John menunjuk ke pintu di belakang Victory tetapi pemuda itu tidak bergerak.

Victory bertekad untuk mendapatkan kencan ini dengan Jennie, bahkan jika harus kehilangan lengan untuk melakukannya karena Jennie pantas mendapatkan banyak cinta. Jennie pantas diperlakukan seperti Ratu. Jennie pantas mendapatkan dunia dan Victory bersedia memberikan itu kepadanya.

[✔️] MetanoiaWhere stories live. Discover now