5. Sebuah Janji

859 174 31
                                    

Jangan lupa klik bintang nya ya, sebelum membaca

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Jangan lupa klik bintang nya ya, sebelum membaca

Happy reading yall!

"Aku datang untuk melihat apakah kau sudah siap dan menghapalnya." kata Jimmy, sambil mengunyah beberapa keripik.

"Perhatikan baik-baik, nona." ucap Victory berdiri dengan bantuan kruknya. "Satu-satunya hal yang aku siapkan adalah tidur siang."

"Cara untuk melihat ke dalam hatimu, Aaron Wack." kata Jimmy. "Kata-katamu telah didengar dan bukan hanya olehku."

Victory duduk dengan kruknya dan mencoba berjalan dengan kakinya. Mereka telah berlatih untuk sementara waktu sekarang. Victory meminta Jimmy untuk membantunya berlatih naskah drama. Victory tidak pernah berakting seumur hidupnya. Dan ia tidak ingin terlihat seperti orang idiot di depan seluruh penonton nanti.

"Ketika kau masuk ke... Ah sialan!" Victory berhenti dan melihat kembali naskahnya. Victory mencoba untuk membaca dialognya tanpa melihat naskahnya. Tapi ia terbukti gagal total. "Ketika berada dalam hujan dan masuk ke klub, itu bukan hanya kebetulan kan?" kata Victory melanjutkan.

"Tidak ada yang kebetulan, sayang. Kau tahu hanya kau yang bisa membuatku bernyanyi..." Jimmy berbalik dan berpura-pura duduk di bangku. "Ah ya, Ms. Garber, Anda seharusnya memasukkan Jimmy ke dalam semua drama Anda." Jimmy berteriak dan berbalik berganti peran seolah-olah dirinya adalah Ms.Garber. "Oh Jimmy, aku akan memasukkanmu ke dalam semua dramaku." Ia mengerang dengan suara perempuan tertawa di akhir.

"Ayolah, Jim!" Victory berteriak tetapi tidak bisa menahan tawanya. "Kau tahu aku hanya punya tiga minggu untuk menghafal hal ini." Victory mengeluh kesal dan Jimmy tertawa.

"Vic, kau bahkan tidak akan bisa melakukan ini walaupun kau punya waktu 3 bulan." Jimmy mengolok-olok Victory dan lelaki itu memutar matanya. "Dinero bahkan tidak bisa membuat hit ini berhasil." Jimmy mengangkat naskahnya.

"Dengar, aku tidak menulisnya, oke?" kata Victory.

"Memang tidak. Tapi kaulah yang akan mempermalukan dirimu sendiri di depan seluruh kota, sekolah, dan teman-temanmu."

"Aku tidak punya banyak pilihan." kata Victory lesu. "Jadi tolong bantu aku saja." Victory memohon.

Jimmy menatap Victory. Jimmy merasa kasihan pada sahabatnya itu. Jadi Jimmy mengiyakan permintaan Victory sambil menghela napas pasrah. Terutama karena ia juga terlibat dari apa yang terjadi pada Evan Walt. Dan salahnya juga Victory jadi terjebak melakukan ini. Jimmy berdiri dan meletakkan lengannya di bahu Victory.

"Kau tahu aku hanya bercanda kan?" kata Jimmy. "Aku akan berada di sana pada malam pembukaan. Di barisan paling depan. Dan kau bisa mengandalkannya." Jimmy menyatakan dengan serius. "Dengan tomat." Jimmy tertawa.

Victory menggelengkan kepalanya dan tertawa bersamanya. "Terima kasih, Jim." Victory berkata dan mereka melakukan jabat tangan.

Jabat tangan adalah sesuatu yang mereka buat ketika mereka masih muda. Itu hanya sesuatu di antara mereka. Jimmy dan Victory. Itu lah yang disebut dengan sahabat.

Victory dan Jimmy melihat ke atas dan melihat Madelline mengeluarkan tas belanjaan dari mobil.

"Victory! Boys! Bisakah kalian membantuku dengan belanjaan ini?" panggil Madelline.

"Ya!" Victory membalas.

"Tentu saja!" kata Jimmy.

Mereka segera menghampiri Madelline untuk membantu.

***

Victory menunggu sampai hampir semua orang pergi sebelum meninggalkan kelas. Ia harus berbicara dengan Jennie. Ketika dirinya melangkah keluar, ia melihat Jennie sedang berada di lokernya dan berpikir hal ini adalah sebuah kesempatan. Victory melihat sekeliling sebelum berjalan mendekat.

"Jennie." Victory hampir berbisik.

Jennie berbalik pada panggilan tak terduga itu. Ketika melihat Victory, Jennie memutar matanya, tertawa pelan dan kembali ke lokernya untuk menyelesaikan merapikan barang-barangnya. Ia memperhatikan Victory, melihat sekeliling untuk memastikan tidak ada yang melihatnya.

"Apa yang kau inginkan, Cedric?" Jennie bertanya. Victory jelas ada di sini untuk sesuatu dan Jennie tahu itu bukan hanya untuk mengobrol biasa dengannya. "Aku sudah mengenalmu selama bertahun-tahun dan kau tidak pernah menjadi orang pertama yang datang dan menyapa." kata Jennie. Merasa sedikit penasaran dengan apa yang akan dikatakan Victory. Victory mendesah.

"Aku butuh bantuan dengan dialogku." Victory bergumam tanpa memandang Jennie. Kemudian Jennie menatapnya.

"Wow. Victory Cedric meminta bantuanku." Jennie menyeringai. Ia tidak bisa tidak menikmati kejadian langka ini. Victory menatap Jennie.

"Ya." Victory mengatakan acuh tak acuh. 

"Ok." Jennie menutup lokernya. "Aku akan berdo'a untukmu." ucapnya dan mulai berjalan pergi.

Victory terkejut dengan jawaban gadis itu dan butuh waktu sedetik untuk menyadarinya. Victory dengan cepat mengikuti Jennie setelahnya.

"Jennie, tidak. Aku— lihat aku benar-benar butuh bantuan." Pemuda itu meraih lengan Jennie dengan lembut tetapi melepaskannya ketika ia menyadari apa yang dilakukan. Tetapi mereka berdua mengabaikannya.

"Oke. Kau jelas tidak pernah meminta bantuan pada siapa pun sebelumnya, 'kan?" Jennie bertanya dengan menatap Victory. Pemuda itu juga menatap Jennie. Ia tidak mengatakan apa-apa.

"Hai Victory." Seorang gadis berkata sambil berjalan melewati mereka. Victory hanya menganggukkan kepalanya.

"Tidak semua hal di dunia harus tentangmu atau kepentinganmu saja. Beberapa hal harus dilakukan untuk kebaikan bersama, untuk semua orang." kata Jennie.

"Ini untuk kebaikan bersama, oke? Nick Grimshaw pantas mendapatkan yang terbaik." kata Victory. "Tolong aku, hm?" tambahnya lembut.

"Oke." Jennie berkata. "Tapi ada satu syarat, Cedric." Jennie tahu apa yang akan ia katakan sedikit gila, tetapi ada alasan mengapa ia harus melakukannya.

"Ya, apa itu?" tanya Victory. 

Jennie menghela napas. "Kau harus berjanji... Bahwa kau tidak akan jatuh cinta padaku." Jennie memperingatkan dengan tenang.

Victory tertawa. Gadis itu pasti bercanda kan. Ia tidak akan jatuh cinta pada Jennie dan itu sudah pasti. Lagipula Jennie bukan tipe gadis incarannya.

"Oh, itu tidak akan menjadi masalah." Victory tertawa lagi.

"Baiklah. Sampai jumpa di rumahku sepulang sekolah." Jennie mengatakan itu lalu berjalan pergi. Victory melihat gadis itu menjauh. Ia menggelengkan kepalanya sebelum meninggalkan tempat itu. Selain itu ia juga harus mencari cara bagaimana bisa pergi ke rumah Jennie tanpa diketahui semua orang.

.
.
.
.
.
.
.
.
TBC

See you in the next chapter! Jangan lupa votement yaw💚

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

See you in the next chapter!
Jangan lupa votement yaw💚

[✔️] MetanoiaWhere stories live. Discover now