PROLOG

88.9K 2.1K 68
                                    

Hallo ^ ^

Udah lama ya aku ngga aktif di sini, gimana nih kabar kalian? Pasti baik lah ya, semoga kalian sehat selalu. . .

Jadi setelah sekian lama aku ngga aktif, aku bawain cerita baru buat kalian, aku berharap kalian suka sama ceritaku ini, mungkin ngga sebagus cerita orang lain, but aku bakal usaha buat cerita kali ini lebih menarik dari cerita-cerita aku sebelumnya 🙏

Cerita ini murni dari pemikiran aku sendiri, tidak ada kata coppy paste, jika menemukan kesamaan nama pemeran, atau beberapa adanya adegan, mungkin hanya kebetulan saja.

Aku menerima saran dan kritikan, kalian bisa komentar apapun tentang cerita ini.

~ HAPPY READING ~

****

"Pokoknya Naya ngga mau makan pa".

Gadis kecil berkuncir dua, memakai jepitan kecil di rambutnya memberi kesan lucu untuknya, dengan memakai baju berwarna pink itu berlarian kesan kesini, mehindari kejaran sang ayah, gadis cantik itu bernama, Nayanda Anastasia.

"Sayang kamu harus makan, ini udah siang loh, nanti kamu sakit" ujar pria yang di duga papa nya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Sayang kamu harus makan, ini udah siang loh, nanti kamu sakit" ujar pria yang di duga papa nya.

Pemilik nama lengkap Dewanta Pancaloka itu sedang kewalahan menghadapi putri semata wayangnya, tiba-tiba ia mendapat telepon dari bi Murti, ART rumahnya yang bertugas untuk mengurus rumah, dan juga mengurus Naya, bahwa putrinya itu tidak mau makan sejak pagi, jadilah ia meninggalkan pekerjaannya itu dan pulang untuk membujuk sang putri. Tapi sudah 20 menit berlalu Naya tidak mau memakan sesuap pun.

"Makanya cari Mama baru buat Naya, biar kamu ngga harus pulang buat bujuk Naya makan." Siapa lagi yang bicara kalau bukan Risa, ibu negara alias Mama Risa, ibu yang telah mengandung Dewanta sampai 9 bulan lamanya.

Wanita paruh baya itu mendekati putranya, sesekali ia mendengus melihat putrnya yang sudah lelah.

"Omaa" Panggil Naya girang, dan menghampiri Risa yang disebut sebagai Oma oleh Naya.

"Haii cucu oma yang paling cantik" kata Risa memeluk erat tubuh mungil Naya.

Dewa bernapas lega setelah mendapati sang Mama ada disini, ia bisa tenang setelah keberadaan Mama, karena putrinya paling dekat dengan Risa jikalau ia sedang sibuk bekerja.

"Mama kapan dateng."

"Kebiasaan ya kamu, kebiasaan mengalihkan pembicaraan, setiap kali Mama bahas soal ini."

Pria itu mendengus sebal, pasalnya Mama nya ini selalu saja membahas masalah itu, ia hanya ingin memfokuskan dirinya dengan Naya saja, toh dia belum berniat untuk mencari Mama untuk Naya.

"Mama selalu aja bahas soal ini setiap kali Mama kesini, lagian Dewa masih belum kepikiran untuk mencari Istri" ucap Dewa berjalan duduk di sofa berwarna merah "Pernikahan itu hal yang sakral ma. Aku punya Naya disini aja udah lebih dari cukup buat aku." Lanjutnya sambil menyandarkan diri di sofa itu.

Risa mengambil mangkuk berwarna pink, dan menyendok sedikit demi sedikit nasi untuk Naya.

"Mau sampai kapan kamu ngeduda? Udah 5 tahun kamu sendiri, kamu juga harus mikirin Naya, dia butuh kasih sayang seorang ibu. Dari dia masih bayi sampai beranjak 5 tahun Naya masih belum merasakan kasih sayang seorang ibu." Sesekali Risa melirik Naya yang tengah bermain dengan boneka Barbie nya.

Sejak keluar dari rahim ibunya, Naya sama sekali belum pernah merasakan kasih sayang seorang ibu. Ibu nya meninggal setelah melahirkan Naya, itu adalah hal terberat untuk Dewa, setelah kejadian itu Dewa sama sekali tidak tertarik menjalin hubungan dengan wanita, padahal Mama nya Risa sudah beberapa kali mengenalkan nya kepada Anak teman Risa, bahkan Papa nya pun juga ikut membantu, tapi tidak ada harapan karena Dewa sering saja mencari alasan untuk menolak.

"Aku bisa jadi ayah sekaligus ibu buat Naya, selama ini yang ngurus Naya aku Ma, tolong dong Mama ngertiin posisi aku juga."

"Kamu bisa jadi keduanya, tapi Naya ngga bisa nerima itu Wa, apa kamu tahu, Naya sering cerita ke Mama kalau disekolah, Naya suka di ejek sama teman-teman nya, dengan kamu yang sibuk di kantor apa kamu udah cukup sempurna buat jadi keduanya?" Sontak setiap kata yang di lontarkan Risa membuat hati Dewa sakit, Putri kecilnya itu tidak pernah bercerita tentang masalahnya disekolah, ia merasa bahwa dirinya tidak pantas disebut sebagai Papa.

"Naya suka cerita itu ke Mama?" Dewa menatap Risa serius.

Risa mengangguk lalu memegang lengan Dewa, "Sering sekali Naya cerita itu ke Mama setiap Mama jemput."

"Kenapa Naya nggak pernah cerita ke Dewa soal itu, Dewa jadi merasa bersalah karena nggak bisa selalu ada buat Naya." Ujarnya dengan rasa sedih di dadanya.

Dewa selalu berpikir bahwa Naya senang hidup dengannya tanpa seorang ibu, ia selalu bangga pada dirinya yang sudah cukup menjadi Ayah serta Ibu untuk Naya, tapi apa yang selama ini ia pikirkan salah besar.

"Kamu nggak boleh nyerah dong, laki-laki itu harus kuat, Naya nggak bilang ke kamu karena Mama selalu kasih nasehat ke Naya biar semua yang dia alami nggak perlu di ceritain ke kamu, karena Mama tau, kamu pasti bakal kayak gini kan setelah mendengar masalah Naya disekolah, kamu udah hebat banget ngurus Naya dari dia masih bayi sampai sekarang, kamu adalah laki-laki bertanggung jawab, kamu bisa menjaga dan menafkahi Naya dengan baik itu udah lebih dari cukup nak." Ucapnya dengan menjeda perkataan nya.

"Maka dari itu Mama sering bilang sama kamu kan, Naya benar-benar butuh seorang ibu untuk sekarang, Naya nggak cuma butuh sosok seorang ayah disini, walaupun masih ada Mama yang siap siaga buat jadi Mama buat Naya, tapi Naya juga pengen merasakan punya Mama itu kayak gimana, apa kamu mau Naya terus-terusan terbebani dengan ini? Naya masih kecil Dewa" Lanjut Risa dengan menatap anaknya itu serius.

Akhirnya Dewa sadar, ia sadar karena memang betul Naya butuh seorang ibu untuk mendampinginya, walaupun bukan ibu kandung tapi setidaknya Naya bisa merasakan sosok ibu yang selama ini Naya inginkan.

"Oke Ma, mulai sekarang Dewa bakalan buka hati, Dewa akan cari ibu yang tepat untuk Naya." Balas nya final.

"Bagus nak, kamu harus mencoba membuka lembaran baru, jangan memikirkan diri kamu sendiri sehingga anak kamu kena imbasnya." Risa bernapas lega karena keputusan yang dibuat Dewa.

Dewa memeluk Risa dengan sayang, Risa pun membalas pelukan itu, menepuk punggung berotot milik putrnya itu.

"Eh . . Naya juga pengen di pelukkk" Gadis kecil yang semula asyik berceloteh dengan mainannya itu menghampiri Dewa dan Risa.

Dewa dan Risa tersenyum melihat tingkah Naya, mereka pun berpelukan bersama.

🦋🦋🦋

Gimana sama prolog nya?

Suka?

Kurang keren?

Tinggalkan saran dan kesan kamu setelah membaca prolog ini.

See you next time guys 👋

15 Januari 2023

Duda Keren Suami Idaman (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang