40: Masalah yang berbeda🦋

13.7K 1.6K 48
                                    

Selamat datang lagi di ANC!

"Saya malu, tuhan saya saja begitu pemaaf, maka saya juga sebagai hambanya tidak pantas bersombong diri dengan dendam, dan tidak mau memaafkan."

*Shafiya Aila Humaira

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم

Allahumma solli 'alaa muhammad, wa 'alaa aali muhammad

Allahumma solli 'alaa muhammad, wa 'alaa aali muhammad

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Hamza?"

Anyelir memanggil dengan tak percaya. Dia melihat Dihya berdiri tak jauh dari pintu Ndalem bersama kakak dan keponakannya.

Namun, tanpa sepatah katapun Dihya berlalu dari sana. Semua orang menatap tak percaya, bahkan Salman sudah mengepalkan tangannya. Emosinya sudah tak bisa di kendalikan lagi, dengan langkah cepat Salman menyusul Dihya.

"Umi," panggil Ratu. Perempuan itu khawatir abangnya akan kehilangan kendali.

Anyelir mengangguk. "Umi mau nyusul Abang dan Hamza dulu."

Dengan segera Anyelir keluar dari Ndalem, berjalan cepat menyusul kedua anaknya. Bahkan air matanya sudah luruh begitu saja, dia takut terjadi sesuatu dengan kedua anaknya.

Karena kalut, Dihya pergi begitu saja. Bahkan dia tak melirik ke arah ibunya sendiri, hatinya hanya takut. Takut dia akan kembali menyakiti perempuan yang dia cintai. Kakinya sudah hampir keluar dari gerbang pesantren, namun pundaknya di tarik kuat oleh seseorang.

Dihya berbalik badan, melihat siapa orang yang menariknya. Dihya melihat Salman dengan mata menahan emosi, bahkan lengan Abangnya itu sudah mengepal kuat.

"Dimana sopan santun mu?" tanya Salman begitu tegas dan dingin.

Dihya tak menjawab, laki-laki itu malah menunduk. Dia tak mau menatap abangnya, rasa bersalahnya begitu menancap dalam dalam hatinya.

Salman menarik kerah kemeja yang digunakan Dihya. "Apa Abi pernah mengajarkan kamu kurang hajar seperti ini?"

Dihya menatap mata Salman yang memerah. Begitu sakit rasanya melihat bagaimana dirinya menyakiti mereka.

"Saya sudah memaklumi kamu beberapa kali Dihya. Disaat kamu begitu entengnya memaki seorang perempuan dan merendahkannya. Saya sudah memaklumi kamu pergi begitu saja setelah membuat umi menangis dan masuk rumah sakit."

Deg

Uminya masuk rumah sakit? Karena dirinya sendiri? Perasaan Dihya sudah tidak karuan, bahkan dia merasa sebuah belati menancap di sana. Matanya memerah, namun mulutnya kelu untuk bertanya.

Aila: Atas Nama Cinta [TERBIT]Where stories live. Discover now