54: Kita mulai dari awal🦋

15K 1.5K 25
                                    

Selamat datang lagi di ANC!

"Maaf Put, maaf karena kamu harus bersama dengan laki-laki pengecut dan brengsek ini."

*Pangeran Dihya hamza

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم

Allahumma solli 'alaa muhammad, wa 'alaa aali muhammad

Allahumma solli 'alaa muhammad, wa 'alaa aali muhammad

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Dihya terbangun pukul 2 dini hari. Dia menatap perempuan yang begitu dia cintai, wajah cantik itu terlelap dengan damainya.

Tangannya mengelus pipi Aila, menyingkirkan beberapa anak rambut yang menghalangi wajah cantik istrinya.

Dihya berfikir, bahwa selama ini pasti Aila merasa gerah ketika tidur harus menggunakan hijab. Setelah dia meminta izin untuk melihat mahkota Aila, akhirnya perempuannya bisa tertidur tanpa hijab lagi.

"Eungh." Aila menggeliat mendapatkan sentuhan di pipinya. Matanya perlahan terbuka, menatap wajah Dihya yang begitu dekat dengannya.

Senyuman yang Dihya membuat Aila juga ikut menarik senyumannya. "Jam berapa? Kok udah bangun?"

Dihya mengusap wajah Aila, dan itu sangat membuat jantung Aila berpacu dengan cepat. "Baru jam dua. Mau shalat malam bareng?"

Aila mengangguk setuju. Tatapan yang Dihya berikan membuatnya terpesona, baru bangun tidur saja laki-laki ini begitu tampan.

"Put," panggil Dihya tiba-tiba.

Kini Aila yang mengusap wajah Dihya. "Hm, kenapa?"

"Aku boleh cium kamu?" Pertanyaan Dihya yang tiba-tiba itu, membuat pipi Aila merona, juga jantung nya yang menggila.

Melihat Aila yang terdiam Dihya tersenyum. "Gakpapa kalau masih belum bisa, aku bisa nunggu sampai kamu mengizinkan."

Ketika Dihya hendak bangkit dari tidurnya, Aila menahan lengannya. "Tapi cuman cium aja kan?" tanyanya.

Dihya mengangguk. "Boleh?"

Kini giliran Aila yang mengangguk setuju. Itu membuat Dihya tersenyum, laki-laki itu mendekati Aila yang sama-sama masih terbaring bersamanya.

Cup

Aila memejamkan matanya, merasakan sensasi yang berbeda dalam dirinya. Seperti ada banyak kupu-kupu yang menggelitiki perutnya.

Dihya mencium dengan pelan, menyalurkan rasa cintanya. Bukan ciuman yang penuh nafsu, tetapi ciuman yang mampu membuat air mata Aila menetes begitu saja.

"Kenapa nangis, hm?" tanya Dihya ketika laki-laki itu melepaskan ciumannya. Tangannya mengusap air mata Aila di pelupuknya.

Bukannya menjawab, Aila malah memeluk tubuh Dihya. Dihya terkekeh, dia paham bahwa Aila malu setelah kejadian tadi.

Aila: Atas Nama Cinta [TERBIT]Where stories live. Discover now