33. Aku menyayangimu

120 9 5
                                    

Arga cukup syok mendengar kabar dari Fandi. Aksa pingsan? Bagaimana bisa? Padahal tadi pagi Aksa begitu semangat? Tidak pucat juga lemas. Atau adiknya sengaja menutup-nutupi?

Setelah menanyakan di mana keberadaan adiknya, dia segera meluncur ke rumah sakit.

"Iya, Kak. Tadi setelah istirahat, dia bilang kepalanya mendadak sakit. Karena waktu pulang tinggal sebentar, Aksa minta izin ke uks saja. Eh, baru mau ke uks, dia pingsan." Fandi berusaha memberi penjelasan.

Melihat hal itu, sekolah segera melarikan Aksa ke rumah sakit.

"Apa baru kali ini atau sudah sering?" tanya Arga ingin memastikan jika Aksa tidak menyembunyikan lagi keadaan selama ini.

"Baru kali ini, Kak."

Arga mengucapkan terima kasih karena Fandi telah menemani Aksa.

"Aksa gak pa-pa kan, Kak?" tanya Fandi ingin memastikan. Sebagai sahabat, dia begitu ketakutan melihat wajah pucat juga badan dingin Aksa ketika dibawa ke rumah sakit.

"Mungkin dia butuh istirahat saja." Arga tersenyum agar Fandi tidak kepikiran. Padahal dia juga belum berbicara dengan dokter mengenai penyebabnya.

"Pulanglah. Akan kujaganya."

Fandi melirik Aksa yang masih terlelap di ranjang lantas mengangguk. Bagaimanapun Aksa sudah bersama keluarganya. "Tolong kabari perkembangannya, Kak."

Arga mengangguk lantas mengantar Fandi keluar. Tak ingin lama-lama, dia kembali ke ruangan. Duduk di samping ranjang. Diperhatikan wajah adiknya. Sudah tak pucat lagi, badannya juga sudah hangat.

"Bu, kenapa diam saja? Kenapa gak menjelaskan padaku yang sebenarnya?"

Arga menoleh, melihat Aksa yang mengigau. Padahal dia berpikir jika adiknya tak lagi mempermasalahkan statusnya hingga sekarang. Kenyataan sama sekali tidak.

"Aku anak hasil selingkuhan, ya, Bu? Itukah alasannya kenapa kamu begitu membenci setiap yang kulakukan?"

Arga mengalihkan pandangan. Padahal hanya igauan, kenapa begitu menyakitkan? Apakah karena sampai sekarang dia tak bisa membuktikan kebenarannya?

Mengalihkan pikiran, dia membuka media sosial. Tak ada yang menarik. Baru juga berniat mencari minuman, dia terkejut karena Aksa mendadak kejang.

Bingung dan panik, lekas Arga memencet tombol nurse call. Barulah setelah lebih tenang, dia berusaha memiringkan tubuh Aksa seperti teori yang dipelajari selama ini.

Tak beberapa lama ners datang dan memberi pertolongan. Arga yang masih syok melihat kondisi Aksa diminta untuk keluar ruangan.

Arga memegang pangkal hidung. Selama mendampingi adiknya, baru kali ini melihat Aksa kejang. Namun, siapa sangka keesokan hari kejadian sama kembali terulang. Beberapa kali hingga dokter meminta untuk melakukan CT Scan ulang.

"Kak, bukannya aku sudah membaik. Kenapa aku harus menjalani CT Scan dan bukannya pulang?" Tentu Aksa penasaran apa yang terjadi padanya. Dia merasa tubuhnya tak bermasalah, kecuali beberapa kali lemas saat bangun. "Apa terjadi sesuatu padaku yang gak kutahu?"

Arga diam. Tak mungkin mengatakan jika Aksa mengalami kejang berulang sejak masuk rumah sakit. "Dokter hanya ingin melihat bagaimana perkembangan kemoterapinya, Sa." Mau tak mau dia berbohong dan meyakinkan jika tak ada yang perlu dikhawatirkan.

Aksa mengangguk paham dan tak bertanya lebih lanjut. Menganggap omongan kakaknya ada benarnya.

Selesai CT Scan dan kembali ke ruangan, Aksa langsung tertidur. Begitu pula Arga yang kelelahan juga mengalami insomnia akibat sering terjaga.

Arga ; Pusaran Sesal (Tamat) Prekuel Arga ; Repihan Rasa) Where stories live. Discover now