26. kemenangan semu

Mulai dari awal
                                    

Babak ketiga, permainan lebih panas. Pihak SMA 8 mulai bergerak cepat. Tak jarang SMA Turi kewalahan hingga mendapat beberapa kali fouls. Begitu pula dengan Aksa yang sudah dua kali.

Tenaga mulai terkuras, tapi SMA Turi pantang menyerah. Mereka lebih memilih bertahan, tak membiarkan pihak lawan memasukkan bola. Hal itu membuat SMA 8 berang.

Kesal karena tak bisa masuk ke pertahanan SMA Turi, pihak lawan dengan gencar melancarkan three point untuk mengejar poin yang semakin melebar. Hal itu terjadi beberapa kali. Selisih semakin terkejar. Mau tak mau harus menyerang.

Arga yang menyaksikan ikut geram karena nilai poin semakin terkejar. Beruntung, SMA Turi segera mengubah strategi untuk menahan bola agar tidak diberikan pada nomor punggung sebelas yang selalu berhasil mencetak three point.

Hingga berakhirnya babak ketiga, poin SMA Turi dan SMA 8 seimbang. Sepuluh menit istirahat dan raut tegang terlihat dari para pemain yang mendengarkan strategi pelatih yang akan digunakan.

Arga yang sudah menyiapkan air mineral luput meminumnya. Padahal tenggorokannya begitu kering saat menyoraki selama permainan, tapi atmosfer pertandingan membuatnya lupa. Apalagi saat menunggu para pemain kembali ke lapangan.

Pelatih SMA Turi mendekat ke Aksa dan membisikkan sesuatu. Terlihat perdebatan di antara keduanya. Arga yang melihat kejadian bertanya, apakah mungkin adiknya akan diganti menjadi pemain cadangan.

Begitu waktu pertandingan, lelaki yang memakai topi berwarna putih menepuk bahu Aksa yang langsung mengacungkan jempol. Dari gerak bibir, Arga menangkap ucapan adiknya yang mengatakan 'akan kuusahakan'.

Babak keempat dimulai. Tempo permainan berubah jauh lebih cepat. Dari kacamata pengamatan Arga, para pemain berubah posisi. Tak lagi seperti semula. Firdaus yang tadi bermain sebagai pencetak poin, kini berada di garis belakang. Aksa yang sedari awal bermain sebagai pemberi asist, kini mulai berani maju.

Pihak lawan tak menyangka dengan perubahan strategi membuat mereka tidak terlalu waspada. Saat bola berada di tangan Aksa yang notabene jarang menembak, mereka siaga dengan menjaga rekan satu tim yang biasa membuat poin. Fandi.

Tak ada yang menyangka jika Aksa akan memasukkan. Tak berhasil masuk, tapi dengan segera Fandi melakukan rebound dan menambah poin.

Arga sontak berdiri dan berteriak penuh kebahagiaan. Walau adiknya tak berhasil memasukkan, setidaknya tim berhasil menambah poin.

Permainan terus berlanjut, pihak lawan masih belum menyadari strategi. Mereka terus menempel ketat Fandi juga Bayu -salah satu rekan SMA Turi lainnya. Sedangkan membebaskan Aksa. Kejadian yang sama berlangsung hingga dua kali lalu SMA 8 mulai memberi perhatian pada Aksa.

Perolehan poin kembali bergeser. SMA Turi berhasil memimpin dengan selisih lima. Waktu yang tersisa dua menit. SMA 8 pun segera melakukan permainan cepat yang berhasil menambah skor.

Begitu bola dilempar dari SMA Turi, Firdaus segera melemparkan pada Aksa yang berada di luar garis penalti dan tanpa penjagaan. Walau gerakan sudah dibaca sebelumnya dan bola berhasil didapatkan pihak lawan, Fandi dengan segera memblokade lemparan dan mengoper pada Aksa.

Aksa segera berlari menuju daerah lawan. Tanpa diduga pemain SMA 8 sudah menghadang, dengan sigap dia melakukan pivot lalu melakukan lemparan dari luar area penalti.

Seperti gerakan slow motion, Arga yang melihat sontak berdiri dengan tangan terkepal di depan dada.

Bola melambung menuju ring dan berhasil masuk.

Arga sontak berteriak histeris melihat adiknya berhasil memasukkan bola. Walau sedetik kemudian berubah tegang mengingat waktu tersisa satu menit dan pertandingan masih berlangsung. Beruntung peluit tanda berakhirnya permainan segera berbunyi. SMA Turi memenangkan pertandingan.

Aksa dan rekan satu tim langsung berpelukan, merayakan kemenangan. Senyum bahagia merekah di wajah mereka.

Arga segera turun ketika pemberian piala dan bertepuk tangan. Walau bukan Aksa yang menerima dan diwakili oleh Fandi selaku ketua tim. Begitu mata saling bertatapan dengan adiknya, dia segera mengacungkan jempol yang disambut dengan sebuah senyuman.

"Bisakah kita berfoto bersama, Kak?" tanya Aksa yang mendekat setelah berbisik-bisik dengan pelatih juga rekan satu timnya.

"Boleh saja, siapa tahu ada wanita cantik yang melihatnya." Arga mendekat ke arah Aksa yang memegang piala dan meminta Firdaus untuk mengambil foto mereka.

Begitu acara selesai, Arga yang sedari tadi melirik raut wajah bahagia Aksa, tersenyum. Dia pun pergi setelah mengatakan akan menunggu di tempat parkir selesai acara.

"Kamu tidak merayakan kemenangan bersama teman-temanmu?" tanya Arga ketia Aksa datang dan melempar tas di jok belakang seperti biasa.

"Gak. Sudah pernah. Aku mau pulang. Capek."

Beberapa rekan tim Aksa mendekat ke mobil dan Aksa langsung membuka kaca.

"Yakin gak mau ikut?" tanya Fandi memastikan.

"Gak. Aku mau merayakan dengan Kakakku. Lagipula sudah terlalu sering kita makan bersama. Eneg lihat kalian terus."

Rekan Aksa tertawa dan pergi setelah berulang kali tak berhasil meyakinkan.

"Tunggu, Kak. Aku mau ke toilet dulu." Mendadak Aksa menghentikan Arga yang berniat melajukan kendaraan. "Aku bisa kena kencing batu kalau ditahan lebih lama."

Tanpa menunggu jawaban, dia keluar dan berlari mencari toilet.

Arga yang baru saja mengambil ponsel tersentak kaget mendengar suara dari dalam tas ransel Aksa. Mengira sebagai panggilan, dia mengabaikan begitu saja ketika mati.

Satu menit, dua menit hingga tanpa disadari sudah lima belas menit berlalu.

"Apa yang dia keluarkan? Zat cair atau padat kenapa lama sekali?"

Suara dari dalam tas Aksa kembali berbunyi. Kali ini dia penasaran dan mengambil tas ransel adiknya. Setelah mengaduk-aduk isi tas, dia berhasil mendapatkan ponsel yang ternyata bukan panggilan, tapi alarm dengan tulisan 'waktunya minum obat'.

Arga tak paham dan membuka aplikasi pengingat. Betapa terkejutnya dia melihat apa yang tertulis. Rasa penasaran semakin menjadi-jadi. Dia mengeluarkan isi tas Aksa hingga berhamburan lalu sebuah benda mencuat keluar bersamaan.

"Apa maksudnya ini, Sa?"

Arga ; Pusaran Sesal (Tamat) Prekuel Arga ; Repihan Rasa) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang