Rambut (2)

86 8 4
                                    

Rambut Ale semakin gondrong, kini poni depannya sudah melewati mata dan bisa dikuncir. Berhubung Ale cowok, ya nggak mungkin poninya dikuncir atau diberi penjepit. Alhasil Oni hanya menyisirnya rapi-rapi ke samping.

Karena rambut Ale tipe yang lemas dan sangat penurut pada gravitasi, bolak-balik si poni turun ke jidat dan menutupi mata Ale. Lama-lama Oni gemas dibuatnya.

"Dek, potong dikit ya, poninya," bujuk Oni.

"Nggak mau. Gini aja, bagus," tolak Ale sambil menyibakkan rambut ke samping.

"Dikiit aja. Dirapihin biar nggak masuk mata."

Ale bergeming, tetap kukuh pada keputusannya.

Lelah membujuk, sore itu Oni berhenti merecoki Ale soal rambut. Dibiarkannya anak itu bermain lompat-lompatan, lalu nyanyi teriak-teriak sambil menari blingsatan.

Sekarang Ale sudah ngos-ngosan. Rambutnya berantakan, menutupi dahi. Basah oleh keringat. Sementara rambut belakangnya lepek menempel di tengkuk, panjangnya sebentar lagi menyentuh bahu.

"Mama," panggil Ale sambil mengatur napas.

"Hmm," jawab Oni sambil menyeruput air putih dari botol aqua yang diisi ulang.

"Adek gini udah keren, nggak? Udah kayak jongkok, nggak?"

"Brrrhhuusssshh!!! Uhuk! Uhuk! Ohohk!"

Ale bengong ngelihat emaknya nyembur kayak mbah dukun terus batuk-batuk kayak angkot tua.

Baik. Kini kita tahu alasan Ale memanjangkan rambut.

Another Sonshine (Spin Off The Sonshine dan After Sonshine)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang