GENTHA | Déjà Vu

Start from the beginning
                                    

Sekretaris Sandi tidak dapat melihat wajah Argas dengan jelas, karena wajahnya berlumuran dengan darah. Namun, ciri-cirinya memang seperti Argas.

Kini, Gendra dan Thara tengah berada dalam perjalanan menuju perusahaan Margantara Group.

Hanya ada kesunyian di antara mereka. Keduanya sama-sama diam dan terhanyut dengan pikirannya masing-masing.

Drttt Drttt

Ponsel Thara lagi-lagi berdering. Saat ia melihat layar ponselnya, ternyata Sekretaris Sandi kembali meneleponnya.

"Halo?"

"Pak Argas sudah di makamkan. Sebaiknya, anda dan Tuan Gendra pergi ke pemakaman Pak Argas. Alamat pemakamannya akan saya sherlock melalui chat."

Sambungan telpon terputus. Tak lama setelahnya, Sekretaris Sandi mengirimkan sebuah sherlock.

Thara menoleh pada Gendra yang tengah fokus menyetir. "Kita jangan ke perusahaan Papa, kak. Barusan Sekretaris Sandi bilang kalo Papa udah di makamkan. Sekarang kita ke pemakaman Papa."

Mendengar itu, membuat hati Gendra perih. Papanya sudah di makamkan? apakah dirinya tidak salah dengar? rasanya semua ini seperti mimpi bagi Gendra.

Sejujurnya, sedari tadi hati Gendra sangat gelisah. Gendra tidak akan percaya sebelum dirinya benar-benar melihat bahwa itu adalah Argas atau bukan.

Tatapan Gendra terlihat begitu kosong, dan Thara tahu itu. Thara sangat tahu bagaimana perasaan Gendra, karena ia juga pernah merasakan hal yang sama.

20 menit kemudian, mobil Gendra berhenti di lokasi pemakaman-yang di mana Argas sudah di makamkan di sana.

Gendra dan Thara segera turun dari mobil, lalu berjalan dengan tergesa-gesa menuju makam Argas.

Terlihat di depan sana, sudah banyak orang dengan pakaian serba hitam yang mengerumuni makam Argas.

Gendra menghampiri kerumunan itu, di ikuti oleh Thara.

Di sana ada beberapa karyawan Argas, Sekretaris Sandi, anggota inti The Tiger, serta Jaenan dan kedua orang tuanya yang merelakan untuk datang melayat ke pemakaman Argas.

Ada Caitlin yang berjongkok di samping makam Argas bersama suaminya—Jayland. Wanita itu terus menangis, masih tidak rela melihat adik satu-satunya pergi untuk selamanya.

Setelah menyadari keberadaan Gendra, Jayland membawa Caitlin untuk berdiri.

Gendra berjongkok di samping gundukan tanah. Gendra dapat melihat di batu nisan tertulis nama 'Xivan Argas Margantara'. Seketika Gendra tak dapat membendung air matanya lagi, cairan bening itu langsung turun begitu saja.

Thara juga ikut berjongkok di samping Gendra, ia mengusap-usap kedua bahu suaminya itu. Thara pun tak sanggup melihat nama yang tertera di batu nisan.

Tangan Gendra mengusap-usap batu nisan Argas. "Papa ninggalin Gendra?" tanya Gendra, menatap batu nisan di hadapannya.

Semua orang yang berada di sana hanya menyaksikan sembari ikut menangis, tidak tega melihat Gendra yang kini hidup tanpa kedua orang tuanya.

Prince yang tadinya berdiri di depan, kini pindah ke belakang. Sebab, Prince tidak tega jika melihat sahabatnya yang begitu terpukul karena di tinggalkan oleh orang tua satu-satunya untuk selamanya.

Prince adalah laki-laki yang tidak bisa melihat orang terdekatnya menangis, ia akan ikut menangis saat melihatnya. Entah itu teman atau keluarganya.

Gendra terkekeh, bersamaan dengan cairan bening yang lagi-lagi mengalir di kedua pipinya. "Why, Dad? tuhan belum puas, ya, liat Gendra menderita?"

GENTHA [END]Where stories live. Discover now