Part 6

2K 109 3
                                    

"Gue mau keluar dulu"

"Kemana? Gue boleh ikut gak?"

"Gak, Lo disini aja"

Kean menatap Aini malas setelah mendengar ucapan gadis itu, ia berpikir akan sangat membosankan jika Aini pergi, setidaknya jika gadis itu disini ada yang bisa ia jahili, meski Aini pendiam dan tak jarang mengabaikannya tapi menurut Kean sangat menyenangkan menjahili gadis itu.

"Gue pergi dulu, beresin tuh barang Lo" ucap Aini setelah itu pergi meninggalkan Kean sendirian. Kean mengendus kesal saat melihat Aini pergi, tatapannya kemudian mengarah kepada koper dan beberapa barang yang dibawanya dari Belanda. Selang beberapa saat ia mengalihkan pandangan dari barang-barangnya kemudian beralih memainkan ponselnya.

Soal asisten rumah tangga, Livy sengaja menyewa Art yang hanya datang saat akan mengerjakan tugasnya saja, dia sengaja membatasi interaksi anak-anaknya dengan orang lain bahkan dengan art sekalipun. Livy takut orang lain akan membocorkan tentang Aini ke Leon atau orang-orang terdekat Leon, separno itu Livy jika menyangkut Aini.

Beberapa saat kemudian senyum tipis Kean muncul saat membaca pesan dari seseorang yang sedang bertukar pesan dengannya. Ia kemudian berdiri dari duduknya dan pergi meninggalkan rumah itu tanpa menghiraukan lagi barang-barangnya yang masih berserakan di ruang tengah. Kean pergi menggunakan motor yang sengaja di beli papanya untuknya.

Cowok berusia 16 tahun itu membelah jalanan dengan motornya, saat ini yang ada di otaknya hanya tempat, orang-orang, serta suasana yang akan menghilangkan rasa bosannya.

•••

Di sebuah cafe bernuansa klasik Aini berjalan sambil mencari-cari seseorang yang sudah janjian bertemu dengannya. Pandangannya mengitari sekeliling cafe untuk mencari orang itu, tidak lama kemudian senyum tipisnya muncul saat melihat seseorang yang di carinya sudah tertangkap pengelihatannya. Ia kemudian berjalan untuk menghampiri orang itu.

Seorang pria yang sedang duduk sendiri di meja paling ujung berdiri dari duduknya saat melihat seorang gadis berjalan menghampirinya. Ia ikut tersenyum melihat gadis itu tersenyum kepadanya.

Grepp

Aini memeluk orang itu erat saat ia tiba di hadapan orang itu, kedua tangan orang itu ikut merangkuh Aini dengan pelukan yang sama eratnya. Mereka melepaskan pelukan mereka ketika merasa rasa rindu itu sudah terbalaskan.

"Duduk Ni"

"Iya Om"

Setalah mendudukkan diri mereka masing-masing, orang itu menatap Aini yang sudah terlihat bertambah dewasa di matanya. Ia tersenyum kecil saat menyadari itu, sudah cukup lama dia tidak melihat gadis di depannya, emm terakhir kali melihatnya mungkin 3 tahun yang lalu saat ia ke Belanda bersama keluarga kecilnya.

"Gimana keadaan Kakek sama mama kamu Ni? Maaf Om gak bisa datang ke pernikahan mama kamu ya, Gio demam waktu itu, dia rewel banget dan maunya sama om terus"

"Gak apa-apa om, Kakek sama mama baik kok, dan kayaknya mama juga bahagia sama pernikahannya" ucap Aini disertai senyum tipis.

Seseorang yang dipanggil Om itu tau arti dari senyuman gadis di depannya, ia menatap Aini miris, gadis di hadapannya itu sudah menjalani hidup yang berat bahkan saat pertama kali ia lahir ke dunia ini.

"Om Galen"

"Hmm?"

Galen tersadar dari lamunannya ketika mendengar Aini memanggilnya.

Agraini || After Daimmer Onde histórias criam vida. Descubra agora