E P I L O G

595 49 6
                                    

Saat ini keluarga Lee disibukkan dengan urusan pindah rumah. Karena Donghae meminta Seoyeong yang kini sudah kembali berstatus menjadi istrinya untuk kembali ke rumah lama mereka.

"Tidak ada yang tertinggal?" tanya Donghae.

Seoyeong menggeleng, "anak-anak akan menyusul."

Donghae mengangguk, ia melajukan mobilnya membelah jalanan Seoul menuju rumah mereka.

Seoyeong menatap kagum pada rumah lama yang dulu sempat ia tempati. Rumah yang menjadi saksi bisu terbangunnya keluarga kecilnya, sekaligus saksi bisu dari perpisahan keluarga kecilnya juga.

"Kau memperbaiki rumah ini dengan baik," ujar Seoyeong.

"Tentu, aku ingin memperbaiki semuanya. Termasuk keluarga kecil kita," ucap Donghae dengan menarik pinggang ramping Seoyeong.

Seoyeong terkekeh, "eoh? Kau memasang ini... kapan?" tanya Seoyeong sembari menatap foto keluarga yang terpajang di ruang keluarga dengan binar senang.

"Rahasia... apa kau menyukainya?"

Seoyeong mengangguk, "sangat menyukainya. Terimakasih, yeobo."

Donghae menoleh cepat, "apa? Bisa kau ulangi?"

Seoyeong menggeleng, dia berlari dari Donghae yang mengejarnya.

Sementara itu diluar ruang keluarga, Taeyong dan Jeno tersenyum mendengar kedua orang tuanya yang sedang bersama.

"Hah rasanya seperti mimpi," ujar Jeno yang diangguki Taeyong.

"Oh ya... dan kita menambah anggota keluarga baru," Jeno mengusap gemas Mola.

"Kau yakin... mungkin kita bisa bertukar kamar atau tetal tinggal di rumah lama atau apartement hyung?" tanya Taeyong.

Jeno menatap Taeyong dalam, "tidak masalah hyung... lagipula berdamai dengan masa lalu tidak seburuk itu."

Taeyong memeluk sang adik dengan erat. Yang dibalas tak kalah erat oleh Jeno.

"Hyung! Ayo kita lihat taman belakang," Jeno menarik tangan Taeyong untuk pergi menuju taman belakang.

"Wah... masih ada ring basket... sebentar!" Jeno masuk ke dalam rumah dan kembali dengan bola basket di tangannya.

"Bagaimana jika kita tanding?" Jeno menaikkan alisnya.

"Siapa takut! Ayo!"

Taeyong dan Jeno bermain basket, kali ini mereka bermain dengan poin imbang karena Jeno yang sudah lebih lihai dari sang kakak. Berbeda dengan Jeno kecil yang kalah karena tubuhnya lebih pendek.

"Rasanya benar-benar seperti dejavu melihat mereka bermain di taman belakang," ucap Seoyeong dengan senyum yang terus mengembang.

Donghae dan Seoyeong memperhatikan kedua putra mereka dari balkon kamar.

"Terimakasih sudah memberiku kesempatan untuk memperbaiki semuanya," Donghae memeluk sang istri.

"Terimakasih kembali," balas Seoyeong.



"Astaga! Kenapa potongan dagingnya besar-besar sekali?" heran Seoyeong saat melihat Donghae memotong daging dengan ukuran yang cukup besar.

"Biar aku saja, kau siapkan panggangan di taman belakang, hati-hati," ucap Seoyeong.

"Eomma dimana aku meletakkannya?" tanya Jeno dengan menenteng kantong belanja.

"Taruh saja di meja pantry, Taeyong bantu eomma memotong daging dan sayuran. Jeno kau bantu ayahmu di belakang," titah Seoyeong.

Taeyong yang baru saja masuk, langsung menghampiri sang ibu dan membantunya. Begitupula Jeno yang langsung ke taman belakang membantu sang ayah.

PromiseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang