P R O M I S E -65-

394 50 9
                                    

Jeno berlari di lorong rumah sakit, napasnya memburu dengan detak jantung yang berdetak lebih cepat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jeno berlari di lorong rumah sakit, napasnya memburu dengan detak jantung yang berdetak lebih cepat. Dia langsung pergi dari kampus saat kelas selesai setelah mendengar kabar ibu dan kakaknya yang mengalami kecelakaan. Bertepatan dengan kedatangannya di depan UGD, dokter keluar dari ruangan itu.

"B-bagaimana kondisi hyung ku?"

"Kami sudah menanganinya, dia sudah melewati masa kritisnya... kau bisa menemuinya di ruang inap, tapi ada kabar buruk yang harus aku sampaikan," ucap dokter itu.

"A-apa?"

"Kondisi ginjalnya semakin parah, kita harus segera mencari pendonor... jika tidak, akan sulit untuknya bertahan," lanjut sang dokter.

Tanpa sadar Jeno mengepalkan tangannya, "ginjalnya? Apa benturannya mengenai perutnya? Atau justru dia terkena tusukan?"

Dokter menggeleng.

"Pasien Taeyong mengalami gagal ginjal. Kalau begitu aku harus pergi masih ada pasien lain," dokter itu berlalu meninggalkan Jeno yang masih terpaku dengan ucapan dokter.

"Oh...dokter Jaehyun," sapa dokter yang tadi menangani Taeyong pada Jaehyun, rekan kerjanya. Yang dibalas senyuman oleh Jaehyun.

"Jeno..."

"Gagal ginjal, kau mengetahui tentang itu dokter Jaehyun? Apa penyebab Taeyong hyung menjadi gagal ginjal?" tanya Jeno pada Jaehyun yang terdiam.

"Jeno... sebenarnya aku yang menjadi dokter untuk kakakmu," ucap Jaehyun.

"Apa maksudmu? Jadi kau-

Jeno menghentikan ucapannya dan menatap Jaehyun tajam.

"Ibumu juga mengetahui tentang ini," lanjut Jaehyun.

Jeno terkekeh, "apa-apaan ini?!" Jeno menyeka air matanya.

"Dimana ibuku?" tanya Jeno.

"Dia ada di..."

"Eomma disini," Seoyeong datang dengan piyama rumah sakit dan tiang infus yang menempel di lengan kirinya. Juga Donghae di sampingnya.

Jeno menatap sang ibu dengan kecewa, "kau tahu hal ini, tapi berlagak seperti tidak terjadi apa-apa. Kalian terlihat baik-baik saja didepanku? Hahaha...aku seperti orang bodoh saja," Jeno mengusap wajahnya kasar.

"Jeno," Seoyeong berniat memeluk Jeno, tapi putranya itu menjauh saat ia mendekat.

"Urus saja putramu itu! Temui dia di ruang inapnya nanti!" ujar Jeno.

Seoyeong menggeleng, "kau juga putraku, jangan berkata seperti itu. Kita temui Taeyong bersama."

Jeno menepis tangan sang ibu dengan kasar. "Jangan menyentuhku! Urus saja putramu yang penyakitan itu!"

Plakk

Wajah Jeno tertoleh ke samping dengan pipi yang memerah. Bukan Seoyeong yang menamparnya, tapi Donghae. Pria itu sedari tadi diam, karena ia tidak mengerti apapun dan ia rasa dia tidak berurusan dengan hal yang Seoyeong dan Taeyong sembunyikan dari Jeno. Tapi melihat sikap Jeno membuat emosinya memuncak. Dan berakhir menamparnya.

PromiseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang