P R O M I S E -10-

893 90 7
                                    

"Taeyong

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Taeyong... kenapa kau begitu senang saat kita berteman?" tanya Hina.

Taeyong menatap Hina sebentar, lalu memainkan sup miso miliknya.

"Aku jenuh berada di kehidupan orang dewasa, ya aku tahu usiaku memang sudah dewasa. Tapi... aku bahkan tidak bisa menikmati masa mudaku, menjalani karir seperti yang aku inginkan. Awalnya aku bisa menerima semua itu, tanpa bantahan. Tapi sekarang... aku sedikit menyesal karena menjadi anak penurut...," Taeyong menggantungkan ucapannya.

"Kenapa begitu?"

"Aku harus kehilangan masa mudaku dan aku harus meninggalkan ibu dan adikku, aku juga harus rela dibenci oleh adikku karena aku telah mengingkari janjiku," lanjutnya.

Hina menatap Taeyong terkejut, dia tidak tahu jika selama ini Taeyong banyak sekali menyimpan luka. Ia pikir Taeyong hidup dengan sempurna, menjadi anak pemilik perusahaan, berbisnis di usia muda, akademik yang bagus, berkuliah di kampus terbaik, dan nama yang sukses bertebaran di setiap berita maupun artikel. Siapa sangka jika ternyata dari sosok sempurna ini menyimpan pula banyak luka?

"Itu kenapa aku sangat senang, saat tahu kau menjadi sekretarisku... usia kita sama, jadi kita bisa lebih dekat. Tapi ya ternyata kau sama saja, sedikit membosankan seperti yang lain," keluh Taeyong.

Hina berdiri lalu membungkukkan badannya, "maaf... aku tidak akan mengulanginya lagi."

"Hey! Tak apa, lagipula sekarang kita sudah berteman. Jangan sungkan...santai saja," ucap Taeyong sedikit panik melihat tingkah Hina, ia juga sedikit malu saat beberapa orang melihat mereka.

Hina kembali duduk dan Taeyong menghela napasnya.

"Sekarang kau yang bercerita, bagaimana kau bisa bekerja di perusahaan ayahku di usia muda?" Kali ini Taeyong yang bertanya.

"Aku... hanya mahasiswi yang beruntung bisa magang di kantor ayahmu, awalnya aku ragu mengingat riwayat pendidikanku tidak sebaik rekan magang lainnya. Bahkan aku hanya lulusan SMA, pasti akan sulit menyaingi para lulusan S1 dari berbagai kampus. Aku mengikuti kelas pelatihan untuk kerja perkantoran ini, dan beberapa kali aku melakukan wawancara kerja meski selalu ditolak karena aku hanya lulusan SMA. Hanya perusahaan Tuan Lee lah yang menerimaku, awalnya aku ragu saat tahu jika ayahmu adalah orang Korea. Aku takut dia menerimaku karena tidak tahu jika aku hanya lulusan SMA... sampai akhirnya aku melakukan magang selama 3 bulan disini. Aku disuruh untuk melanjutkan kuliah, awalnya aku menolak karena tidak mungkin aku melanjutkannya. Aku harus membiayai ibu dan adikku yang masih SMP. Tapi ternyata dengan kebaikan tuan Lee... aku bisa berkuliah dan berakhir menjadi asisten atau sekretaris pribadimu," cerita Hina.

Taeyong menatap gadis itu kagum, gadis di hadapannya benar-benar luar biasa.

"Aku benar-benar berhutang budi pada ayahmu," ujar Hina.



Haechan memainkan jarinya sembari menatap ponsel miliknya.

PromiseWhere stories live. Discover now