P R O M I S E -1-

1.5K 153 13
                                    

Welcome to first chapter

"JENO BANGUN!" teriak seorang wanita yang sibuk menyiapkan sarapan

Ops! Esta imagem não segue as nossas directrizes de conteúdo. Para continuares a publicar, por favor, remova-a ou carrega uma imagem diferente.

"JENO BANGUN!" teriak seorang wanita yang sibuk menyiapkan sarapan.

Sedangkan itu, pemuda yang diteriaki namanya itu mulai mengerjapkan matanya. Dia bangun sembari meregangkan tubuhnya, sesekali dia menutup mulutnya yang menguap.

Setelah nyawanya terkumpul sepenuhnya, dia pergi ke kamar mandi untuk melakukan rutinitasnya. Kemudian memakai seragamnya dengan rapih, tak lupa menyemprotkan parfum di bagian lehernya.

Dia tersenyum menatap pantulan dirinya di cermin.

"Wah kau tampan sekali, Im Jeno," ujarnya sembari menyurai rambutnya kebelakang.

Lee Jeno... ralat tepatnya Im Jeno, pemuda yang sudah memasuki tahun akhir di SMA nya dan juga terlihat cool di hadapan orang-orang. Jangan lupakan, jika dia anak yang berprestasi baik di bidang akademik maupun olahraga. Siapa yang tidak memuja seorang Im Jeno ini?

Dia mengambil tasnya dan pergi menuju dapur dimana ibunya sudah menunggunya di meja makan.

"Good morning, eomma," sapanya pada sang ibu, sembari mengecup pipi ibunya.

Im Seoyeong, wanita dengan status single parent itu bahagia hidup berdua dengan putra bungsunya. Meski beberapa kali ia harus melewati masalah. Tapi ia bersyukur dapat bertahan sejauh ini bersama putra bungsunya. Tentunya juga itu berkat usaha mereka berdua. Bahkan sudah hampir 5 tahun dia tidak mendapat kabar dari putra sulungnya itu. Perceraiannya dengan mantan suaminya sudah berjalan hampir 9 tahun. Selama itu, hidupnya baik-baik saja, meski terkadang dia merindukan putra sulungnya.

"Morning too, cepat makan sarapanmu," titah Seoyeong. 

"Wah ini sangat enak! Neomu gomawo eomma!" puji Jeno. 

"Kau ingin membawanya untuk bekal makan siang?" tanya Seoyeong.

Jeno menggeleng, "sekolah sudah menyediakan makanan gratis, kita harus memanfaatkan itu."

"Ngomong-ngomong soal sekolah... kau sudah mencari universitas untuk melanjutkan pendidikanmu nanti?"

Jeno menatap ibunya, lalu menggeleng. "Sepertinya aku akan lanjut bekerja saja..."

"Wae? Bukankah kau ingin menjadi polisi?"

"Biaya akademik kepolisian cukup mahal, cukup sulit juga untuk mendapat beasiswa disitu," ucap Jeno.

"Jeno... kau yakin dengan mimpimu itu 'kan?"

Jeno mengangguk. Seoyeong tersenyum, senyuman favorit Jeno yang selalu membuatnya tenang. Seoyeong menggenggam tangan Jeno.

"Jika kau yakin, maka tak akan ada yang bisa menghalangimu mengejar mimpi itu. Tak peduli apapun yang ada di depan dan mencoba untuk menggagalkanmu, mimpimu adalah milikmu yang harus kau perjuangkan. Jangan biarkan orang lain menggagalkanmu begitu saja. Mengerti?" jelas Seoyeong.

PromiseOnde as histórias ganham vida. Descobre agora