P R O M I S E -60-

358 52 9
                                    

Taeyong memuntahkan isi perutnya di tengah malam

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Taeyong memuntahkan isi perutnya di tengah malam. Karena tiba-tiba dirinya merasa mual. Ia mencengkram wastafel itu, matanya sudah berkaca-kaca karena dirinya terlalu memaksakan diri untuk muntah.

"Sial, ini melelahkan," gumamnya. Taeyong mendudukkan dirinya di samping wastafel sembari mengatur napasnya.

"Apa aku bisa bertahan?" tanya Taeyong entah pada siapa.

Ia memejamkan matanya, "aku harus bertahan..."

Tok tok

"Hyung! Kau masih lama di dalam?!"

Taeyong berdiri dan membasuh wajahnya, lalu merapihkan dirinya.

"Kenapa lama sekali? Kau tidak apa-apa?" tanya Jeno.

Taeyong mengangguk, "sepertinya karena terlalu banyak makan, aku juga banyak mengeluarkan," kekeh Taeyong.

"Ugh... menjijikan hyung!" Jeno bergidik. "Oh ya, kau dipanggil eomma, dia ada di kamarmu," ujar Jeno.

Taeyong mengangguk. Ia pergi menemui ibunya yang sudah menunggu di kamarnya.

"Eomma," panggil Taeyong.

Seoyeong tersenyum kecil.

"Ada apa? Apa ada hal penting sampai eomma yang mendatangiku ke kamar?" tanya Taeyong.

"Eomma ingin kau jujur Taeyong... katakan semuanya tanpa ada kebohongan, eomma ingin mendengarnya langsung darimu," jelas Seoyeong. Membuat Taeyong mengernyitkan dahinya.

"Apa maksudmu eomma?"

"Baiklah jika kau tidak mau jujur... setidaknya jelaskan ini!" Seoyeong menyerahkan amplop yang ia temukan kemarin.

Tubuh Taeyong menegang melihat amplop itu ada di tangan sang ibu.

"Eo-eomma... darimana kau menemukannya?"

"Meja dikamarmu," jawab Seoyeong.

Taeyong menghela napasnya, "semua yang ada di surat itu benar, sudah berjalan beberapa bulan ke belakang. Kesalahanku, karena mengonsumsi obat tanpa resep," jelas Taeyong.

"Waeyo? Kenapa kau melakukannya?"

Taeyong meremat t-shirt yang ia pakai, "berita kepergian Jeno saat itu membuatmu dihantui rasa bersalah yang sangat besar. Kepalaku terlalu berisik, aku tidak bisa menanganinya. Sampai aku menemukan obat penenang di laci nakas milik Jeno... aku mengonsumsinya setiap kali kepalaku terasa sakit dan berisik. Dan juga... melihat eomma dan appa yang selalu bertengkar bahkan mempermasalahkan diriku membuatku semakin terjebak di rasa bersalah itu... maaf..."

Seoyeong menatap Taeyong sendu, ternyata dia juga menjadi salah satu alasan putranya mengonsumsi obat.

"Maaf... karena terlalu egois dan tidak memikirkan perasaanmu. Eomma menyayangimu, rasanya sakit saat tahu putra eomma tidak mencapai mimpinya. Rasanya sakit saat tahu jika kau terluka dan memaksakan diri untuk bahagia... eomma hanya ingin yang terbaik untukmu... tapi nyatanya itu semua salah... maaf Taeyong~a," Seoyeong memeluk putra sulungnya itu.

PromiseWhere stories live. Discover now