P R O M I S E -4-

953 117 5
                                    

Taeyong menarik napasnya dalam-dalam

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Taeyong menarik napasnya dalam-dalam. Lalu menatap layar ponselnya. Sedari kemarin, dia mengumpulkan tekadnya untuk mengirimkan pesan ibu dan adiknya. Tapi jarinya terasa kaku, meski sekedar mengirim pesan sapaan. Kemarin, Taeyong sudah dibebaskan untuk memakai ponselnya. Dengan syarat, kinerja Taeyong harus semakin bagus. Baik di perusahaan maupun di kampus. Taeyong menerima syarat itu, setidaknya sekarang dia bisa menghubungi siapapun dengan bebas.

Tok tok

Taeyong menoleh ke arah pintu kamarnya yang terbuka. Ada Donghae dengan pakaian santainya.

"Appa..."

"Kemarin malam kau tidak pulang?" tanya Donghae.

Taeyong mengangguk, "aku menginap di rumah Johnny."

Donghae duduk di sofa yang ada di kamar Taeyong. Dia menatap putra sulungnya yang semakin hari, mirip dengan ibunya.

"Bulan depan kita akan kembali ke Korea, persiapkan semuanya dengan baik. Jangan sampai ada masalah atau kendala saat akan berangkat," jelas Donghae yang kembali mendapat anggukan dari Taeyong.

"Apa kau sudah bisa menghubungi ibumu?"

Taeyong menatap Donghae, haruskah dia jujur? Jika dia memiliki nomor baru sang ibu dari Johnny atau dia cukup diam saja.

"Jika sudah... beritahu dia tentang kepulangan kita nanti," ucap Donghae sebelum pergi dari kamar Taeyong.

Sedangkan pemuda itu menatap sang ayah aneh. Tidak biasanya ayahnya itu membahas ibunya yang ber-status mantan istrinya itu. Kenapa tiba-tiba dia membahasnya? pikir Taeyong.

"Apa mungkin appa masih memiliki rasa dengan eomma?"

Taeyong menggelengkan kepalanya, bagaimana mungkin? Mereka sudah berpisah 9 tahun yang lalu. Itu waktu yang sangat lama. Lagipula ayahnya sudah serius dengan Reina. Tidak mungkin.



"Doyoung hyung? Tumben sekali datang sore ini?" tutur Jeno sembari meletakkan tasnya ke loker.

"Kelas sore ku dibatalkan, jadi aku memilih datang kesini," balas Doyoung.

"Oh ya, hari ini ada pesanan yang harus diantar... kau membawa motormu 'kan?"

Jeno mengangguk, "apa banyak?"

Doyoung menggeleng, "hanya beberapa kaleng soda dan cemilan, juga rokok? Entahlah sepertinya orang yang memesan sangat malas untuk datang," jelas Doyoung.

"Ini alamatnya," Doyoung memberikan secarik kertas pada Jeno.

Jeno memasangkan kotak bagasi di motornya. Lalu meletakkan semua barang pesanan tadi ke dalam kotak bagasi.

"Hati-hati... jangan mengebut, patuhi aturan lalu lintas!" peringat Doyoung.

"Iya...iya, sudah layani orang di dalam sana," ucap Jeno.

PromiseWhere stories live. Discover now