P R O M I S E -16-

726 99 14
                                    

Taeil dibuat heran saat Jeno meminta izin untuk pulang lebih awal

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Taeil dibuat heran saat Jeno meminta izin untuk pulang lebih awal. Biasanya anak itu akan pulang paling terakhir bersama dengannya, tapi hari ini mendadak dia izin lebih awal.

"Kau tidak apa-apa 'kan?" tanya Taeil dengan raut wajah khawatir. Pasalnya dia juga masih merasa bersalah atas kejadian beberapa hari lalu yang menimpa Jeno.

Jeno mengangguk, "aku tidak apa-apa...kalau begitu aku permisi, hyung," Jeno pamit, lalu pergi keluar cafe dengan seragam sekolahnya.

Sementara itu, Taeyong melihat Jeno keluar dari cafe dengan seragamnya. Dia pergi menyusul Jeno, setelah tadi Jeno mengantarkan pesanannya mood Jeno berubah 180°. Dan tentunya Taeyong sadar itu karena dirinya.

"Jeno!"

Pemuda itu tidak menghiraukan panggilan dari kakak kandungnya itu.

"Jeno!" panggil Taeyong yang kini sudah mencekal pergelangan tangan Jeno.

"Lepas!" Jeno menghempaskan tangan Taeyong.

"Aku akan menjelaskannya," ujar Taeyong.

"T-tidak," tolak Jeno dengan dingin. Jeno kembali melangkahkan kakinya, lalu menyebrang ke halteu bus dan menaikinya. Dia menatap Taeyong terdiam di sebrang jalan.

"Kenapa kau harus kembali?" batin Jeno sembari mengepalkan tangannya.

Sedangkan Taeyong masih menatap bus yang melaju di hadapannya. Dia masih terpaku dengan nada dingin dari ucapan Jeno dan sirat kecewa dari matanya.

"Maafkan aku...," gumam Taeyong, dia menunduk dalam.

"Aku terpaksa melakukannya," lanjutnya.



Jeno pulang dalam keadaan kacau, saat sampai di rumah. Ia langsung masuk ke kamar, tanpa menghiraukan gonggongan dari Mola ataupun panggilan dari ibunya. Kepalanya benar-benar pening saat ini. Memori-memori yang seharusnya tetap terkunci rapat kini kembali terbuka. Luka yang sudah lama ia obati, kini kembali menganga. Kekecewaan yang selama ini ia ikhlaskan menguap begitu saja.

"Taeyong hyung! Saranghae!"

"Hyung! Lihat, aku menggambar kita berdua!"

"Hyung! Peluk aku!"

"Hyung aku ingin tidur bersama hyung..."

"Hyung ayo kita saling bercerita."

Jeno memejamkan matanya, mengingat semua kenangan indah itu justru membuat perasaannya terluka. Jika boleh meminta, Jeno lebih memilih untuk terus menjadi anak kecil yang polos saja.

"Jeno, gunakan pemutar musik ini, ya? Jangan lepaskan itu!"

Jeno tidak bodoh, setiap kali Taeyong menyuruh memakai alat itu. Pasti besoknya akan ada sisa-sisa kekacauan di rumahnya. Akibat dari pertengkaran orang tuanya. Jeno tahu selama ini, kakaknya itu berusaha menutupi semuanya dari dirinya. Meski pada akhirnya ia tahu maksud kakaknya itu.

PromiseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang