P R O M I S E -38-

641 89 25
                                    

Malam itu langit bertabur bintang dengan bulan sabit ikut menghiasi langit malam

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Malam itu langit bertabur bintang dengan bulan sabit ikut menghiasi langit malam. Sementara itu, Lee Jeno pemuda yang saat ini tersenyum menatap langit diatas kursi rodanya.

"Hyung langit itu indah ya... aku jadi ingin keatas langit bersamamu..."

"Kita akan bersama-sama melihat langit indah itu."

Jeno meringis saat kilasan balik itu kembali mampir di kepalanya.

"Jeno!" Doyoung datang dengan panik saat melihat Jeno meringis.

"Kau tidak apa-apa? Sudah minum obat?"

Jeno menggeleng sembari memejamkan matanya menahan rasa sakit di kepalanya. Doyoung dengan cekatan memberikan obat pada Jeno.

"Sudah baikan?" tanya Doyoung yang diangguki Jeno.

"Istirahat ke dalam, sudah hampir tengah malam...," ujar Doyoung sembari mendorong kursi roda Jeno.

"Hyung... apa di griya tawang sebesar ini hanya bertiga? Kemana eomma dan appa?"

Doyoung diam, dia tidak suka jika ada yang bertanya tentang kedua orang tuanya. Sekalipun yang bertanya itu adalah Jeno. Tapi Doyoung akan berusaha mengontrol emosinya demi Jeno.

"Mereka sudah pergi," Doyoung menjawab pertanyaan 'adik'nya itu.

"Hyung... kenapa aku benar-benar tidak mengingat sedikitpun tentangmu?"

Hati Doyoung berdenyut mendangarnya, padahal Jeno sudah menjadikan Doyoung sebagai rumah kedua untuk bercerita. Tapi karena kecelakaan itu dia melupakannya. Namun, semua itu memudahkan Doyoung untuk bisa bersama sang 'adik'.

"Tak apa.... biarkan semua yang berlalu, kita akan membuat kenangan lebih indah di masa kini dan masa depan," ucap Doyoung.

Jeno tersenyum dan mengangguk, "maaf jika perkataanku.tadi menyimggung."

Doyoung memeluk 'adik'nya itu. "Gwaenchana.... itu wajar setelah kau yang baru sadar dari masa koma 1 minggu. Maaf hyung tidak menjagamu dengan baik dan membuatmu terluka."

Jeno membalas pelukan Doyoung, dia akan mencoba untuk pulih terutama memulihkan ingatannya. Agar tidak menyakiti Doyoung yang sudah berperan baik menjadi kakaknya. Sayang sekali kenangan mereka tidak ada satupun yang Jeno ingat, kecuali suara samar-samar yang selalu memenuhi isi kepalanya.



"Aigo jalhaesso Mola~ya," Seoyeong mengusap Mola yang dengan pintar membantunya menggeser kursi di meja makan.

"Kau sudah makan?"

Guk guk

"Tentu, dia merengek padaku," ujar Taeyong yang baru saja selesai mandi sepulang bekerja.

PromiseWhere stories live. Discover now