P R O M I S E -68-

448 43 6
                                    

Taeyong menarik napasnya setelah ia mengganti piyama rumah sakitnya dengan pakaian untuk operasi

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Taeyong menarik napasnya setelah ia mengganti piyama rumah sakitnya dengan pakaian untuk operasi. Seoyeong mengusap bahu putra sulungnya, mencoba untuk menenangkan Taeyong.

"Semua akan baik-baik saja," ujar Seoyeong.

Taeyong mengangguk, "andai saja aku bisa menemui pendonor itu, aku akan sangat berterimakasih padanya..."

"Dokter Jaehyun pasti sudah menyampaikan hal itu padanya, untuk sementara pendonor itu masih belum memperbolehkan identitasnya diketahui," jelas Seoyeong.

"Taeyong-ssi?" panggil suster yang sedang bertugas.

"Kapanpun anda siap," lanjut suster itu.

Taeyong menarik napasnya, lalu tersenyum kecil. "Aku sudah siap...," balas Taeyong.

Sementara itu, Donghae berada di ruang operasi lain tempat pendonor itu berada. Dia menatap sendu, perempuan yang sedang merebahkan dirinya di atas brankar. Pikirannya tertuju pada obrolannya dengan Jaehyun.

Obrolan kemarin dengan Dokter Jaehyun.

"Ada yang perlu aku sampaikan tentang pendonor itu padamu, ini salahsatu pesan sekaligus keinginannya," ucap Jaehyun.

"Apa itu? Dan siapa dia?" tanya Donghae.

"Reina Akiara, kau pasti mengenalnya bukan?" 

"Dia..."

"Dia yang menjadi pendonor untuk Lee Taeyong. Awalnya aku menolak, karena berpikir dia masih muda dan masih memiliki harapan yang panjang untuk menjalani hidupnya. Tapi aku salah...," Jaehyun menghela napasnya.

"Apa maksudmu?" Donghae mengernyit tidak mengerti maksud perkataan Jaehyun.

"Putrimu itu... memberikanku surat diagnosa yang ia punya 5 tahun yang lalu dari rumah sakit di Jepang. Dia di diagnosis memiliki kanker payudara stadium akhir. Sebenarnya ia memiliki kesempatan selama itu untuk kemoterapi atau operasi, tapi ia tidak melakukannya karena..."

Donghae menghela napasnya mendengar penuturan Jaehyun.

Lamunan Donghae buyar saat Reina memanggilnya. Ia kembali tersadar dengan tempat ini, dimana dia menemani putrinya untuk pertama dan terakhir kalinya.

"Appa... arigatou," ujar Reina dengan tersenyum kecil.

"Kau yakin? Kita bisa mencari pendonor lain dan kau bisa menjalani operasi untuk kesembuhanmu," ucap Donghae sembari mengusap surai hitam milik Reina.

Reina menggeleng, "anggap saja ini penebusanku untuk semua kesalahanku selama ini. Maaf karena sempat membuat kekacauan."

Donghae menggeleng dia menarik napasnya berusaha untuk menahan tangisnya saat melihat Reina, putrinya yang selama ini ia abaikan hanya karena ia menganggap jika kehadirannya tidak pernah ia harapkan. "Ini salahku juga, karena tidak menjadi ayah yang bertanggung jawab untukmu dan ibumu. Jika bukan karena keegoisanku, kau tidak akan diselimuti dendam itu..."

PromiseWhere stories live. Discover now