BAB 37. Tentang Bara

3.2K 243 2
                                    

Seorang pria gagah dengan stelan bewarna abu-abu memasuki sebuah ruangan dengan raut datarnya. Kedua tanganya ia masukan ke dalam saku celana.

"Akhirnya, kau ingat akan apa yang seharusnya kau lakukan." Suara bariton lain yang tengah duduk terdengar mengintimidasi saat seseorang itu berdiri tepat di hadapannya.

Pria itu tersenyum sinis. Ikut duduk tanpa menunggu persetujuan darinya atau tanpa disuruh olehnya.

"Jika bukan karena suatu hal, aku tidak akan pernah mau menginjakkan kakiku ke sini," jawabnya acuh. Ia menghela nafas untuk beberapa saat.

Pria lain terkekeh mendengar nada sinis lelaki di hadapannya ini.

"Kau masih saja Bara yang sama yang tidak suka berbasa-basi."

Ya, seorang pria dengan stelan jas bewarna abu itu tak lain adalah Bara.

"Aku ingin segera menyelesaikan semua ini," ketusnya. Walau begitu nampak dalam nada bicaranya tidak terdengar kesal melainkan pasrah?

Pria itu bergeming.

"Setidaknya kau tidak lupa akan hal ini, Bara."

Bara mengangguk mengiyakan. Dalam hatinya ia amat merasakan resah. Apalagi merasa bersalah kepada istrinya karena telah membohonginya. Ya, dia telah membohongi istrinya sendiri.

Karena kenyataannya ... ia tidak pergi ke luar kota melainkan...

Tok Tok Tok!

Suara ketukan terdengar dari luar sana, membuat atensi keduanya langsung beralih menatap.

Belum sempat Pria di hadapan Bara menjawab orang yang mengetuk pintu itu langsung menerobos masuk.

"Re..."

Ucapan orang itu tiba-tiba terhenti saat matanya tak sengaja menatap objek yang amat ia kenal.

"Bara?"

"Rea ..."

Keduanya saling tukar pandang dalam mata yang sulit diartikan, sekaligus ada pancaran yang berbeda dari keduanya. Keduanya nampak saling melepas sesuatu yang tidak tau apa itu.

"Bara?!"

Seorang gadis itu sigap langsung memeluk tubuh Bara yang dengan refleks Bara langsung berdiri.

"Rea?"

Gadis dengan memakai dress selutut itu tersenyum haru saat mendengar namanya disebut.

"Oh astaga Bara ... aku merindukanmu."

Tanpa pikir panjang tangan Bara terangkat untuk membalas pelukan gadis tersebut.

Sedangkan di sisi lain Laila baru saja turun dari mobilnya. Tentu diantar sopir yang telah suaminya percayakan.

"Pak Andi, kalau Bapak mau pulang boleh kok duluan. Nanti Laila kabarin lagi kalau mau pulang ya." Laila tersenyum manis, badannya sedikit dibungkukkan untuk melihat sopirnya yang berada di dalam sana.

"Okke, Non." Pak Andi mengangguk. Setelahnya ia putar balikan mobil--Meluncurkan meninggalkan area rumah Laila.

Tidak ingin menunggu lama, ia langsung memasuki rumahnya. Sebelum itu ia mengetuk dan mengucap salam terlebih dahulu.

Setitik Garis Rahasia [COMPLETED]Where stories live. Discover now