BAB 7. Memilih Diantara 2 Pilihan

6.2K 383 4
                                    

“Wa'alaikumussalam.”

Deg!

Jantung Laila terasa terhenti saat pintu utama terbuka menampilkan ... Bara?

Langkah kaki Laila bahkan langsung mundur pelan. Menatap pria di depannya yang terkesan lebih keren dari biasanya. Sialnya! Orang di depannya itu malah berkedip sebelah mata, menggoda dirinya.

“Siapa, Laila?” Suara bariton Rahman membuyarkan keterkejutan Laila.Sang empu kembali menatap Bara yang malah nyengir kuda.

Ish! Pria itu kenapa harus datang?!

Belum sempat menjawab pertanyaan Rahman, lelaki berumur 30 lebih itu sudah berdiri di samping Laila.

“Assalamu'alaikum, Abah.” Bara langsung mengucap salam dan menyalami tangan Rahman. Sebagai begitu, Rahman hanya mengeryit heran.

“Saya Bara, kebetulan temannya Laila.”

“Temannya Laila.” Suara Rahman terkesan bukan pertanyaan.

Bara mengangguk tersenyum. “Iya, Abah. Dan kebetulan saya ...” Bara menggantung ucapannya. Melirik Laila sekilas. “Saya datang ke sini untuk menyampaikan maksud saya, Abah.”

Rahman menatap terlebih dahulu Bara dari bawah sampai atas. Kesan pertama yang ia lihat adalah, tampan. Ya, pemuda di depannya ini tampan sekaligus terpancar aura tegas. Namun tak urung Rahman tersenyum tipis. Jika dilihat-lihat ketampanan nya saja mengalahkan Shaka.

“Eh, kalau begitu silahkan masuk, Nak,” papar Rahman membuat Bara tersenyum mengangguk.

Shaka. Pria itu menatap heran melihat adik kelasnya di kampus berada di sini. Termasuk Hafisah, Aminah dan Burhan yang ikut mengernyit heran.

“Ambilkan minum untuk Nak Bara,” titah Rahman melalui lirikan mata kepada Laila.

Laila melirik sekilas Bara yang juga menatapnya, namun dengan cepat Laila mendelik sinis tanda tidak suka akan kedatangan pria itu.

“Jadi, ada hal apa menjadikan Nak Bara datang ke sini malam-malam begini?” Pertanyaan Rahman mengundang banyak perhatian. Menatap Bara penuh tanda tanya. Namun tak sedikit diantara mereka memuji akan aura yang dipancarkan Bara.
Terkesan kalem, tegas, dan lembut bersamaan. Apalagi ditambah dengan paras yang tampan. Membuat mereka terpaku akan ketampanan seorang Bara.

“Sebenarnya ... maksud saya ke sini, karena...”

“Minumnya.” Suara Bara langsung terpotong saat Laila menyimpan minuman di depan pria itu. Membuat atensi menjadi teralihkan menatap Laila.

Bara menatap Laila yang tengah menatapnya tajam. Membuat sudut bibirnya terangkat. Menyunggingkan senyuman.

“Ehm, jadi karena apa?” tanya Rahman sedari tadi yang melihat gelagatan kedua orang berbeda gander itu.

Bara menghela nafas. Menatap Rahman dengan tatapan percaya diri. “Saya bermaksud ke sini untuk menyampaikan akan niat baik saya yang ingin melamar putri Abah.”

Hening. Senyap. Hanya suara hembusan nafas yang mungkin terdengar.

Tatapan Rahman mengarah kepada dua pria antara Shaka dan Bara. Bahkan tatapannya mengarah juga kepada putrinya yang tengah menunduk.

Ia menghela nafas panjang sebelum, “Maaf, saya tidak bisa menerima lamaran ini.”

Shaka, yang sedari tadi gelisah nampak sumringah saat Rahman mengatakan hal itu. Namun berbeda dengan Bara, ia masih menampilkan raut kalemnya.

Laila? Ia tersenyum puas dibalik kepala yang menunduk. Sudah dipastikan bahwa Abinya itu bisa menilik-nilik kepribadian seseorang. Menjadikan ia sedikit tenang karena Abinya akan menolak lamaran dari Bara.

Setitik Garis Rahasia [COMPLETED]Where stories live. Discover now