BAB 3. Calon Suami

8.4K 587 4
                                    

"Laila? Kemarin kamu ke mana aja sih?"

Hafsah atau dikenal dengan nama Laila menoleh ke arah temannya yang dari tadi terus menanyakan keadaanya. Siapa lagi kalau bukan Dena teman plus sahabatnya itu.

"Ada kok," jawab Laila tanpa menoleh. Pandangannya hanya fokus berpura-pura mengamati Dosen yang sedang menjelaskan,

"Ck! Iya, aku juga tau kamu ada. Maksudku, pas malam itu kok kamu ninggalin aku sih? Dan ya, kenapa lagi kemarin gak masuk kampus?" Dena terus saja menanyakan hal yang menurut Laila tidak perlu menjawab, lagian saat mendengar kata 'malam itu' membuat moodnya hancur.

"Lagian kenapa sih kamu kepo-kepo amat!" ketus Laila, masih pura-pura memperhatikan. Percayalah, moodnya benar-benar hilang.

Dena mendekatkan wajahnya sedikit dengan Laila, "Laila?" kesal Dena padahal kan niatnya cuman bertanya, "Jangan bilang kalau kamu pulang sama seorang lelaki?"

Tak!

Dengan kesal Laila menggeplak punggung tangan Dena sedikit keras.

"Heyy yang di belakang sana! " teriak pak Dosen menggelegar. Telunjuknya ia arahkan kepada bangku Laila.

"Mampus! Dosen Killer lagi," gumam Laila yang hanya bisa didengar oleh mereka berdua.

"Salah kamu ini, Laila!" seru Dena ikut memelankan suarnya

"Tidak bisa mendengar ya?" ulang Pak Dosen dengan muka yang tengah jengkel.

Karena merasa emosi, Pak Dosen itu melangkah dengan raut wajah yang sangat kesal.

Sedetik kemudian Pak Dosen menjewer telinga seseorang membuat sang empu meringis kesakitan. Hal itu sontak membuat Laila dan Dena terkejut, tapi sedetik kemudian mereka langsung bernafas lega. Karena ternyata kemarahan Pak Dosen bukan pada keduanya.

"Ad--dudu--du pak, sakit pak! " Mohon seseorang itu karena Pak Dosen terus menjewernya dengan ditarik cukup keras.

"Lagi-lagi kamu Jery! Sekali lagi kamu mengobrol saat jam pelajaran saya!" Tatapan Dosen itu begitu tajam, "jangan harap kamu bisa lolos dari saya!" ucapnya penuh penekanan beserta semburan hujan yang mengenai wajah Jery. Tentu hal itu membuat seisi kelas langsung menatap jijik.

Siapa yang tidak mengenal Pak Dosen yang satu ini, Dian Herdian itulah nama dosen tersebut.

Dijuluki dosen killer juga manusia hujan. Ya. Selain pemarah Pak Dian juga selalu meciptakan hujan air liur, lebih tepatnya selalu mengeluarkan semburan hujan dari dalam mulutnya kala berbicara. Makannya setiap mahasiswa di kampus sana akan berhati-hati jika berhadapan dengan dosen yang satu ini.

Berbeda dengan Jerry, ia mengutuk dirinya sendiri karena telah melakukan kesalahan. Alhasil beginilah jadinya, ia harus mengambil buku dan simpan di depan mukanya agar tidak terkena cipratan air hujan dari Pak Dian.

"I-iya pak. Jerry janji gak bakal bicara saat pelajaran Bapak. Tapi lepasin dulu pak telinga saya. Takut copot!" Ampun Jerry dibalik wajahnya yang setengah ditutup oleh buku.

Pak Dian melepaskan jewerannya, namun tatapannya menatap tajam Jerry. "Buka! Pakek tutup-tutup segala! Jangan seolah kamu itu udah pintar Jerry!" ujar Pak Dian dengan mengambil buku yang sedari tadi Jerry simpan di depan wajahnya.

Setitik Garis Rahasia [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang