BAB 34. Masalalu Bara 2

4.2K 245 21
                                    

"Mbok, Bara lapar ...boleh Bara minta makan?"

Mbok Eka sejenak menatap Bara kecil yang kini berumur 10 tahun itu. Dengan segera ia tersenyum mengangguk dan membawakan makanan untuk Bara.

"Makannya di sini aja ya, Den ... takutnya Ayah Aden marah lagi."

Dengan polosnya Bara mengangguk ceria. Ia mengambil piring yang berisi lauk-pauk itu dari tangan Mbok Eka. Setelahnya ia duduk di dekat meja cucian dapur. Duduk yang hanya beralaskan lantai. Niatnya ia melakukan hal itu hanya satu, bersembunyi dari kemarahan Ayahnya.

"Mbok udah makan?" tanya Bara disela-sela kunyahannya.

Mbok Eka melirik, ikut duduk di dekat Bara.

"Udah. Aden habisin ya makanannya." Mbok Eka mengusap puncuk kepala Bara yang sebelumnya mengangguk. Dia melanjutkan makannya.

Tak terasa, bulir air mata jatuh membasahi pipi Mbok Eka. Bibirnya bergetar tidak kuat menerima pemandangan ini. Sekuat tenaga ia tahan agar tidak terdengar oleh Bara yang tengah asik makan.

Sejak kepergian Mira --bundanya Bara. Semuanya benar-benar berubah. Keluarga yang dulunya dipenuhi keharmonisan dan kebahagiaan harus berakhir menjadi tangisan.

Dulu, anak dari majikannya ini benar-benar begitu dimanja dan disayang. Namun kini, tidak ada lagi manjaan dan perhatian yang diberikan orangtua kepada anaknya melainkan siksaan.

Ya. Setelah kepergian itu Vano-Ayah Bara berubah 180° menjadi sosok pria yang kejam dan menyeramkan. Kepergian akan putrinya saat berumur 8 tahun membuatnya merasakan arti kehilangan. Ditambah saat ini istrinya yang juga meninggalkannya dengan membawa bayi kecil di dalam perutnya. Benar-benar membuat akal Vano dibuat gila.

Kejadian itu membuat Vano menyalahkan anak yang bahkan tidak mengerti apa arti dari kehilangan itu sendiri. Dia benar-benar murka dan selalu menyalahkan Bara akan hal ini.

Kepalanya selalu mendidih bersamaan Bara yang menampakkan wajah di depannya. Dia selalu berkata kasar bersamaan Bara yang hanya bisa diam. Kemarahannya meluap-luap kerap kali kejadian itu berputar dalam pikirannya, dan berakhirlah dengan menyiksa Bara sebagai jaminannya.

"Kamu itu pembawa sial, bodoh! Anak tidak tau diuntung! Pergi sana! Keberadaanmu di sini hanyalah pembawa sial!"

Vano menarik Bara kecil yang saat itu berumur 10 tahun. Ah tidak! Sebenarnya, dia selalu melakukan ini saat Bara masih berumur 7 tahun sampai sekarang saat usianya menginjak 10 tahun. Anak yang tidak tahu apa-apa justru dipaksa kuat oleh keadaan.

"Ayah, ti--dak. Bara mo-mohon ja-jangan, maafkan Bara. Bara salah Ayah. Bara tidak akan melakukannya lagi." Bara menjerit histeris. Takut apabila Ayahnya menarik dirinya ke dalam bak -menenggelamkannya. Namun apa perduli bagi Vano? Ia terus menarik kerah baju belakang Bara dalan keadaan merah padam.

"Kau ini anak pembawa sial! Seharusnya kaulah yang mati!"

Dalam kemarahan, kepala Bara ditenggelamkan sedemikian dalam oleh Vano. Membuat Bara kecil semakin menangis histeris. Tidak bisa bernafas.

Setitik Garis Rahasia [COMPLETED]जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें