BAB 32. Jadi Pergi

3.6K 235 8
                                    

Nyatanya, kepergian Bara hari ini akan benar-benar terlaksana. Semua keperluan dari mulai baju,makanan dan kebutuhan lainnya sudah Laila siapkan. Ada rasa enggan jika suaminya itu pergi tapi di sisi lain ia juga merasa tenang karena tidak ada yang membuatnya risih.

Ah, dasar aku! Kenapa jadi rumit begini? Pikir Laila yang sibuk mengemas.

"Sayang ... tolong pasangin dasi dong."

Bara yang baru masuk ke dalam kamar membuat perkerjaan Laila terhenti. Ia membalik badan menatap suaminya yang sudah nampak rapi dengan stelan jas nya. Benar-benar begitu tampan nan elegan. Penuh wibawa dan gagah.

Dengan wajah ceria Laila tersenyum, beringsut mengambil dasi yang baru saja Bara ulurkan.

Dengan telaten Laila melingkarkan dasi itu di leher Bara.

"Bagaimana penampilan Mas hari ini?" tanya Bara disela-sela tangan Laila yang tengah bergerak lincah.

"Sangat tampan."

Bara nampak berbinar mendengar pujian dari sang istri. Baru sekarang ia mendengar langsung dari mulut Laila.

"Beneran nih?" tanya Bara menatap dalam manik hitam Laila.

Laila tersenyum. "Mas selalu tampan mau pakai baju apapun. Dan tentu terlihat keren..."

Bara terkekeh. "Baru kali ini Mas denger kamu muji Mas. Eum, pasti ada apa-apanya ya?"

Laila menggeleng. Dia menatap lekat suaminya " Enggak. Beneran..."

"Emm ... baiklah. Karena kamu udah puji Mas, nanti pulang mau dibeliin apa?" tawar Bara dengan tersenyum.

Tangan Laila seketika langsung terhenti. Ia menatap lekat wajah suaminya kembali. Eum, apa suaminya itu mau mentraktirnya nih karena sudah memujinya? Sekilas Laila tertawa kecil, membuat Bara mengernyit heran.

"Mas pulang dalam keadaan baik-baik aja udah buat Laila bersyukur. Jadi, jangan sampai Mas pulang dalam keadaan seperti hari-hari yang lalu."

Laila kembali berkutit memakaikan dasi. Sedangkan Bara bergeming tersenyum tipis.

"Baiklah. Sebisa mungkin Mas akan pegang amanat istri Mas yang sholeha ini."

Blushh

Tiba-tiba pipi Laila nampak memerah. Pujian suaminya benar-benar membuatnya mengulum senyum. Ucapan yang hangat barusan benar-benar terasa menghangatkan.

"Udah."

Laila merapikan kembali baju Bara sehabis selesai memasangkan dasi. Tersenyum lebar melihat ketampanan suaminya ini. Ah, kenapa ia jadi khawatir akan suaminya ini? Khawatir apabila perempuan di luar sana ....tidak! dengan segera ia menepis pikiran buruk itu.

"Sayang ... Mas mau minta doa dari kamu..." Bara menggenggam kedua tangan Laila. Menatap lekat sang istri dengan tatapan amat lembut.

"Mas tau, kalau doa dari seorang istri selalu terkabul. Ya, kan?"

Mata Laila tiba-tiba nampak berkaca-kaca. Ucapan Suaminya telah membuatnya merasa berdosa akan suaminya ini. Entah mengapa tapi ... membuat hatinya terasa sesak. Akhir-akhir ini suaminya memang selalu lemah lembut apabila berbicara, tidak pernah kasar ataupun membentak, justru dirinya lah yang sudah kelewat batas terhadap pria di depannya ini. Bahkan berulang kali ia selalu menolak keinginan akan suaminya itu. Sungguh berdosa sekali dirinya.

Setitik Garis Rahasia [COMPLETED]Onde histórias criam vida. Descubra agora