GENTHA | Kebakaran

Mulai dari awal
                                    

Thara terus memandangi mata Gendra yang di genangi oleh air mata. Saat melihat air mata Gendra siap mengalir, Thara lebih dulu mengusapnya.

"Aku nggak suka dan nggak mau liat kak Gendra nangis," lirih Thara.

"Gue lebih nggak suka liat lo nangis, apalagi sama ucapan lo barusan," balas Gendra.

Thara kembali menenggelamkan wajahnya di dada bidang suaminya. "Maaf."

Gendra menarik nafasnya dalam-dalam, kemudian kembali menaiki tangga menuju kamarnya.

Gendra membaringkan tubuh Thara di atas tempat tidur setelah sampai di dalam kamarnya. "Kalo butuh apa-apa, bilang gue, ya?"

Thara tak merespon, ia hanya diam.

Gendra sangat khawatir dengan kondisi Thara. Gadis itu lebih banyak diam, tidak seperti biasanya. Gendra berharap, Thara akan segera kembali seperti dulu.

Tangan Gendra terulur untuk menggenggam tangan Thara. "Sayang," panggilnya, lembut.

Namun, Thara tetap tidak merespon.

"Gue minta maaf. Semua ini salah gue, gue nggak becus jagain lo, gue lebih mementingkan urusan gue daripada lo. Maaf udah bikin lo kayak gini. Gue brengsek, gue nggak pantes buat lo," ucap Gendra, sangat merasa bersalah. Mental Gendra seketika lemah.

Thara menoleh pada Gendra. Mendengar semua itu, membuat dirinya merasa kasihan. "Aku nggak nyalahin kakak. Aku cuma benci sama diri aku sendiri. Aku benci karena nggak bisa jagain baby dengan baik, aku terlalu lemah..."

"Kata siapa lo lemah?" tanya Gendra, tak terima. "Lo kuat, Thar."

Gendra membelai rambut Thara dengan lembut, sesekali menyelipkan rambut Thara di belakang telinganya. "Kalo lo emang lemah, nggak mungkin lo bisa bertahan hidup sama gue sampe sekarang."

Thara menatap wajah Gendra dengan sorot mata putus asa.

Gendra bergerak untuk mengecup kening Thara cukup lama. "Istirahat, ya, sayang."

"Kamu mau ke mana, kak?" tanya Thara begitu melihat Gendra yang ingin beranjak pergi.

Sejujurnya ada hal penting yang harus Gendra urus, ia harus ke basecamp The Tiger sekarang. Namun melihat kondisi Thara sekarang, membuatnya tidak tega meninggalkan Thara sendirian.

"Gue mau pergi bentar, boleh?" ucap Gendra, meminta izin pada Thara.

Thara tak menjawab, gadis itu kembali diam. Mimik wajahnya seakan-akan memberitahu Gendra bahwa dirinya tidak mengizinkan Gendra pergi.

Melihat tidak ada respon dari Thara, membuat Gendra menghembuskan nafas panjang. Lalu, Gendra merogoh ponselnya, ia ingin mengubungi Malvyn.

"Gue nggak bisa ke basecamp. Lo aja yang ke sini," beritahu Gendra pada Malvyn saat panggilan telepon tersambung.

"Ya udah, gue ke sana sekarang."

Gendra memasukkan ponselnya ke dalam sakunya setelah sambungan telepon terputus, lalu kembali beralih pada Thara. "Gue ada di bawah. Kalo misalkan lo butuh apa-apa atau perutnya sakit, tinggal bilang sama Bi Yemi atau panggil gue aja, ya?"

Thara mengangguk pelan.

Gendra kembali mengecup kening Thara, sebelum dirinya keluar dari kamar menuju lantai bawah untuk menunggu Malvyn tiba.

"Cepet sembuh, sayang," ucap Gendra, berbisik.

☠️

"Gimana?"

"Gue udah nemuin identitas asli Arion," jawab Malvyn.

Gendra mulai fokus saat melihat Malvyn yang ingin menjelaskan sesuatu.

GENTHA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang