✧ 30. gagal

8.1K 1K 102
                                    

✧✧✧

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

✧✧✧

✧✧✧

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ya.. Saat Arno melihat Erland ingin melepaskan tembakkannya, dengan cepat Arno berlari ke Arah Narel dan memeluk Narel dengan sangat erat, lalu Arno memutar balikkan posisinya agar dia yang menggantikan Narel disana.

Benar benar kejadian yang tidak pernah Narel duga, ternyata Erland benar benar nekat. Bahkan saat ada polisi saja dia berani mengeluarkan senjata itu.

Narel masih mematung di pelukan Arno, darah mengalir cukup banyak dari punggung Arno, bahkan sampai mengenai tangan Narel.

"P-pak?"

"N-narel.." lirih Arno lalu tersenyum lirih, dia tidak kuat untuk menopang tubuhnya lagi dan berakhir menjatuhkan tubuhnya, dengan sigap Narel menangkap bahkan mendekap tubuh Arno.

"Gak! Hey, gak boleh! Buka mata lo!!" Narel terlihat meninggikan suaranya sembari menepuk nepuk pelan pipi Arno.

"Saya berhasil, ngelindungin kamu.. Narel, saya cinta sama kamu.." ucap Arno sembari mengelus pipi Arno.

"Gua juga cinta lo! Plis gua mohon sama lo tetep buka mata lo ya?! Gua bakal bawa lo ke rumah sakit. HAEKAL, REHAN! TELPON AMBULANCE, ATAU GAK PAK POLISI TOLONGIN SUAMI GUA ANJING! KENAPA KALIAN PADA DIEM AJA HAH?! MAU LIAT SUAMI GUA SEKARAT DISINI?!" amuk Narel, namun tak sadar Narel meneteskan air matanya.

"Hey, jangan nangis.. Senyum manisnya mana? Maaf ya kalo saya udah hadir dan ngeganggu kehidupan kamu, Narel. Saya bener bener minta maaf," Arno tersenyum sembari menatap Narel dengan tatapan sayu nya itu.

"Lo ngomong apa si?! Gausah minta maaf segala, gua udah cinta sama lo! Jadi lo harus bertahan, gua mohon gua mohon banget sama lo! ARNO!"

Arno menggelengkan kepalanya perlahan, "panggil saya dengan sebutan sayang, sekali.. Boleh?"

"S-sayang, Arno sayang.. Bertahan ya?"

"Terimakasih.."

Gelap

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gelap..

Semuanya menjadi gelap seketika, Arno dilarikan ke rumah sakit dengan kondisi yang sudah tidak memungkinkan untuk bisa di selamatkan. Mengingat penyakitnya juga yang sudah semakin parah, hanya ada kemungkinan kecil Arno bisa diselamatkan.

Erland? Dia sudah di tangkap polisi, dan Narel menjatuhkan hukuman padanya adalah hukuman mati. Apalagi jika terjadi sesuatu pada Arno, Narel tidak akan pernah memaafkan Erland sedikitpun.

Untuk masalah keluarga, Rehan dan juga HAEKAL telah menghubungi seluruh keluarga Narel dan juga Arno, termasuk Arkan juga.

Arkan sangat terkejut saat mendengar kabar adik kesayangannya itu masuk rumah sakit, bahkan dengan keadaan tertembak dibagian punggungnya. Tidak ada yang bisa diharapkan selain Arno baik baik saja dan semoga saja Arno diberikan kesempatan untuk hidup.

"Kak?" ucap Haekal pada Arkan.

"Ceritain ke kakak, kenapa bisa gini? Secara detail, kakak gamau ada rahasia rahasia lagi. Kamu tau kan? Kakak sayang banget sama adik kakak? Kakak harap kamu gak ngerahasiain ini semua dari kakak." Arkan kini tampak berbicara serius kepada sang kekasih.

Haekal yang takut akan hal itu pun langsung reflek menceritakan semuanya dari awal hingga akhir.

Di sisi lain, selain Arkan dan juga Haekal, semua orang kini hanya fokus pada ruang operasi dimana ada Arno di dalamnya. Terutama Narel, tiada henti hentinya dia berdoa agar Arno selamat dan diberikan kesempatan untuk bahagia dengannya. Narel belum bisa membahagiakan Arno.

"Bunda.. Narel gagal.." lirih Narel sembari menangis sejadi jadinya.

"Sayang.. Kamu itu gak gagal, ini udah takdir Tuhan.."

"Engga bunda, engga.. Narel gagal. Narel gagal jadi istri yang baik buat Arno, Narel juga gagal ngejagain dia dari musuh nya Narel.. Narel minta maaf bunda—maafin Narel," tangis Narel semakin menjadi.

"Gua udah curiga dari awal, semuanya pasti ulah lo!" kini Arkan yang angkat bicara.

"Arkan, apasi? Gausah memperkeruh suasana!" ucap mommy Tio sembari menjauhkan Arkan dari Narel.

"Mom! Mommy itu sadar gak si? Menantu mommy ini gak pernah tau diri! Biarpun dia terpaksa nikah sama Arno seharusnya dia bisa menghargai Arno! Menghargai adik kesayangan Arkan! Emang salah adik Arkan harus nikah sama orang kaya Narel." Arkan tampak menatap tajam pada Narel.

"B-bang Arkan, ini emang salah gua.. Tapi bang, gua udah nyesel sama semua ini.. Maafin gua bang, plis gua mohon jangan benci sama gua, bang—"

"Lo bisa diem gak? Lo udah tau salah! Lo juga yang bawa bawa adek gua ke masalah ini. Lo tau suami lo itu lagi sakit apa? DIA LAGI SAKIT KERAS, DIA GAGAL GINJAL! LO TAU GAK?!" bentak Arkan membuat Narel langsung tercengang lalu menatap Arkan sembari membulatkan matanya, apa ini? Kenapa Narel terlihat seperti orang bodoh? Bahkan Narel tidak tahu jika Arno sedang sakit keras.

"B-bang dia ga pernah cerita ke gua—"

"Ya itu karena dia gamau lo khawatir! Dan lo gak pernah sama sekali ngehargain dia. Lagian kenapa si mom? Kenapa gak sekalian aja ceritain pas masa kecil dia waktu dia dirawat sama Arno pas bunda sama ayahnya berantem dan gak ngurusin dia—"

"ARKAN CUKUP! ini di rumah sakit, kita bisa selesain ini di rumah, mommy gamau kamu jadi anak yang banyak drama kaya gini. Ini keadaan genting, adik kamu lagi berjuang mati matian di dalem! Terus kamu malah ribut gini? Udah cukup! Sekali lagi mommy denger kamu nyalahin Narel, mommy gak akan segan segan buat pisahin kamu sama Haekal." ancam mommy Teo dan membuat Arkan langsung menoleh ke arahnya.

"Mommy apa apaan si?!"

"Haekal, bawa calon suami kamu pergi dari sini sebentar, biar suasana lebih tenang dulu," titah mommy Tio pada Haekal.

Haekal menganggukkan kepalanya lalu menggandeng tangan Arkan, "ayo kak.. Kita makan dulu ya? Biar lebih tenang kamunya," ajak Haekal dengan lembut.

Dengan helaan nafasnya, mau tidak mau Arkan menuruti keinginan sang mommy. Ada benarnya juga, Arkan tidak boleh memperkeruh suasana, Arno sesuai berjuang di dalam sana, antara hidup dan mati.

"Mommy.." lirih Narel berdiri di depan sang mertua, "mommy maafin Narel.." kini Narel menekuk kedua lututnya dan langsung menangis sejadi jadinya di paha Mommy Teo.

"Ssst, gausah minta maaf, ini bukan salah Narel.. Jangan minta maaf ya??"

"Enggak mom, ini salah Narel.. Narel yang salah dalam hal ini, maafin Narel. Karena Narel juga Arno jadi terlibat dalam masalah, yang bahkan dia aja gak tau kalo Narel punya masalah sebesar ini sama orang gak jelas kaya Erland," jelas Narel sembari menangis sesenggukan.

"Udah udah.. Hal itu udah berlalu, Narel. Mau kamu sesali seberapa banyak pun gak akan bisa ngulang waktu dari awal lagi. Sekarang kamu berdoa untuk kebaikkan Arno ya? Kita semua disini, sayang sama Arno, dan kita bakal do'ain yang terbaik buat dia, dia juga anak mommy kalo kamu lupa. Kuat gak kuat, mommy akan berusaha kuatin semuanya, jadi kamu gausah salahin diri kamu lagi ya? Apapun hasilnya nanti, kita harus tetep Terima." tutur mommy Tio sembari mengelus elus lembut puncak kepala Narel hingga Narel merasa sangat nyaman akan hal itu.

"Maaf semuanya, maaf gua udah gagal.. Gagal dalam hal segalanya, gua bener bener gak berguna.."

TBC
Karena aku gak sabar nunggu sampe 10k vote:) akhirnya aku update aja.

KALIAN JANGAN PELIT VOTE SAMA KOMEN DONG, AKU AJA GAK PELIT UPDATE.

[✔] Bapak Guru | NoMinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang