✧ 11. cengeng

12.9K 1.2K 83
                                    

✧✧✧

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

✧✧✧

✧✧✧

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.





Diperjalanan menuju rumah, Narel membuka matanya perlahan lalu menguap. Ternyata sedari tadi Narel hanya tertidur saja, dia sama sekali tidak pingsan. Narel sengaja pura pura pingsan agar PMR mengangkatnya menuju UKS.

"Udah bangun?" tanya Arno sembari menoleh

"Lo kan bisa liat sendiri, gua udah bangun." jawab Narel ketus.

"Kenapa kamu gak bilang ke saya kalo bunda kamu ngelarang kita berdua buat keluar? Saya juga lupa, kita emang gak boleh keluar rumah dulu, apalagi pergi ke tempat jauh. Sekarang kamu tau sendiri kan? Kamu malah celaka gini." oceh Arno sembari terus fokus menyetir mobil.

"Yayaya, udah jangan ngoceh gitu. Lo lupa kan? Sama gua juga lupa pas bunda bilang semalem, tadinya gua mau langsung kasih tau lo. Eh gua nya malah lupa, namanya juga manusiawi,"

Arno hanya bisa menghela nafasnya saja panjang, setelah itu dia kembali fokus menyetir lagi. Sedangkan Narel sedari tadi hanya meringis karena luka ringan dan juga kakinya yang teraaa sakit sebab terkilir.

"Eh, gua bisa jalan kan?" tanya Narel pada Arno.

"Yang sopan sedikit, panggil saya pak, atau kakak kek. Ini mah eh, gak ada sopan santunnya sekali kamu," sarkas Arno agak kesal dengan ucapan Narel tadi, bagaimana tidak? Arno ini memiliki nama! Lagipula umur Narel itu jauh lebih kecil darinya, agar lebih sopan Narel menyebutnya dengan panggilan kakak, atau bapak seperti disekolah pun tidak apa, yang terpenting tidak eh eh. Tidak sopan!

"Yaya sorry."

"Kaki kamu hanya terkilir, beberapa hari lagi sudah dapat jalan seperti semula. Besok kita gak pergi ke sekolah dulu, saya usahakan izin ke kepala sekolah. Kamu bisa beralasan sakit, sedangkan saya ada urusan mendadak. Jangan membantah, saya gak suka dibantah." ketus Arno sembari fokus pandangannya kedepan.

Narel meneguk salivanya kasar, benar benar Arno yang ia lihat saat pertama kali pada waktu itu, sangat galak dan juga dingin. Takuttt. Uuuuu~

Narel akhirnya diam, dia berusaha tenang kembali.

[✔] Bapak Guru | NoMinWhere stories live. Discover now