LI | Tragedy When It Rains

5.2K 646 738
                                    

UP LAGI!!!

JANGAN LUPA VOTE DAN KOMENNYA, YA♡♡♡

***

HAPPY READING!!
***


Ana berhenti berujar ketika merasakan sesuatu yang begitu keras mendarat di punggungnya. Rasa sakit langsung menjalar beberapa detik setelahnya diikuti dengan terasanya ada sesuatu yang mengalir dari punggung-nya membuat Ana menelan kasar salivanya.

Masih dengan tangan yang memegang ponselnya, Ana membalikkan tubuhnya dengan arah pandang melirik pada sesuatu yang dilemparkan padanya barusan. Mata indah itu langsung sedikit melebar kala melihat benda yang digunakan untuk melemlarnya adalah sebuah batu berukuran sedang. Tidak, bukan sedang melainkan besar. Pantas saja rasa sakit ini tidak seperti rasa sakit dibogem dengan tangan. Segelahnya, Tatapan tatapan Ana lalu naik, menatap lurus kebelakangnya.

"Huh?" Nafas Ana tercekat melihat orang-orang yang melemparnya, mereka semua berjejer rapi dibelakang sana, menatapnya seolah siap untuk di santap detik itu juga.

Ana melemah, ia jujur dengan keadaannya sekarang. Ia sudah tidak sanggup menahan rasa sakit ini.

Perlahan, kakinya melangkah mundur dan terus mundur—melihat bagaimana senyuman penuh kepuasan itu tercetak jelas diwajah mereka. Wajah-wajah yang harus dia hafalkan satu persatu untuk apa yang nisa ia balaskan kedeoannya nanti.

"FELISLEO!" Itu suara Darka, ia menyebut nama geng-nya yang sudah tentu akan ada kata lanjutan, dan itu membuat Ana mengepalkan kuat tangannya juga menggertakkan kuat gigi gerahamnya.

"Hab—"

"Bentar!" Belum sempat memberi perintah, suara Darko tiba-tiba terhenti karena seruan seseorang yang baru saja bergabung setelah banyaknya pertarungan yang terjadi ditempat itu sedari tadi.

Ana bahkan seluruh anggota Felisleo mengerutkan dahi mereka, bingung.

"Felix?" gumam Mikolas menatap sahabatnya itu dengan tatapan yang sulit diartikan. "Gak usah buang waktu untuk masukan bodoh lo, Fel!" peringatnya kemudian.

Felix tersenyum miring. "Lo pada gak mungkin biarin dia pergi tanpa basa-basi dulu, kan?" sahutnya tanpa berniat untuk mengalihkan tatapannya sedikitpun dari gadis didepan mereka sekarang.

Para Inti Felisleo menghembuskan nafas kasar.

"Stop it, Felix!" Mikolas benar-benar jengah dengan tingkah sahabatnya ini. Ia melangkah, mengambil posisi di sebelah Felix kemudian menarik lengan laki-laki itu sampai menatapnya. "Gak usah buang waktu lagi!"

"Gak. Gue gak buang waktu," kata Felix santai. "Kita gak bakalan tau apa yang akan terjadi setelah ini, kan? Maybe ini adalah saat terakhirnya? Kenapa dia gak bisa memberi kata perpisahan untuk orang-orang tersayangnya walau hanya sekali panggilan?"

VINATTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang