...• VIII •...

10.6K 743 46
                                    

HAPPY READING!!!
🐭🐭🐭

"Abang, Phytagas serang sekolah." Ucap Ana langsung tanpa sapaan saat telepon itu tersambung.

Terdengar sedikit geraman di seberang sana membuat Ana menyunggingkan senyuman miring nya. "Kamu dimana?"

"Nimo mengurung ku di posko. Tenang saja, mereka tidak akan membiarkan ku terluka."

"Tunggu disitu, abang kesana!!"

Mendengar ucapan sang abang membuat Ana mengangguk semangat lalu memutuskan panggilan tersebut secara sepihak.

Sekitar beberapa menit setelah Ana menelepon, tiba-tiba keributan yang terjadi diluar sana terhenti seketika saat melihat sekitar delapan mobil berhenti ditengah-tengah pertempuran mereka.

Seorang lelaki berjas biru turun dengan wajah datarnya membuat para remaja itu langsung membelalakan mata mereka. Terutama sang ketua Phytagas, tangannya tiba-tiba gemetaran melihat siapa lelaki itu.

"Hentikan ini atau ku pastikan kalian sudah tidak akan bisa melihat matahari lagi, Phytagas!!" Suara yang begitu berat terdengar dengan nada tegas.

Semua orang yang ada disitu menelan saliva mereka kasar.

Lelaki yang sangat di takuti itu berjalan mendekati ketua Phytagas, bisa dilihat bagaimana takutnya lelaki itu sampai-sampai tubuhnya sudah tidak bisa di gerakkan lagi.

"Aku masih ingat jika membuat perjanjian untuk tidak mengganggu apa yang menjadi milikku. Apa kau sudah lupa? Atau pura-pura lupa?" ucap Atalariq dengan sebelah alis terangkat.

Alfio selaku ketua Phytagas menundukkan kepalanya, "a-aku tidak lupa. Tap-"

"Tapi kau hanya ingin agar kematian cepat mendatangi mu. Begitu?!"

mendengar hal tersebut, Alfio langsung mendongak dan menggeleng kuat. "Tidak! Bukan seperti itu. Aku-"

"Hentikan kemunafikkan ini dan pergi dari sini. Jika kudengar kau buat masalah lagi maka tidak akan ada yang hidup dari kalian semua. Apalagi saat kau berani menatap wajah adik perempuan ku, ingat itu!!"

Tanpa bisa menjawab lagi, Alfio langsung memberikan kode pada para anggota nya dan langsung pergi dari tempat itu. Tidak ada yang bisa dia perbuat sekarang, tapi akan dia pastikan Leon mendapat balasan yang setimpal.

Itu pasti!!

***

Ana saat ini tengah duduk di taman belakang markas bersama para anggota Grucula GI, GII, dan GIII dengan pakaian santai nya sambil memakan beberapa cemilannya.

"Jadi bagaimana sampai mereka bisa nyerang kalian?" Tanya Effan, selaku ketua Grucula angkatan ke II yang entah sejak kapan bahkan adiknya saja pun tak tau tentang kedatangan dirinya.

"Kemarin kita buat salah satu cewek masuk rumah sakit, dan itu karena dia berani menyuarakan kata-kata sampahnya pada Ana. Jadi yah gitu, ternyata tuh cewek adik sepupunya Alvio, makanya dia marah." Jawab Nimo yang duduk di samping ketua nya, Leon.

Effan menganggukkan kepalanya kemudian menatap wajah sang adik yang tengah dudum dengan santainya sambil menyandarkan punggungnya di tubuh Leon. "Kenapa gak Ana yang balas, hm?"

Pertanyaan yang mengarah padanya berhasil membuat perempuan itu mengalihkan arah pandangnya. "Awalnya gitu, tapi karena tangan ku terlalu suci untuk memegang kotoran sepertinya, maka ku biarkan saja para sahabat tercinta ku ini yang melakukannya." Jawabnya dengan begitu santai sehingga kedua Kakak sepupu nya itu terkekeh pelan sambil menggelengkan kepala mereka.

VINATTADonde viven las historias. Descúbrelo ahora