Part 24

15.5K 1K 27
                                    

Happy Reading Guys

"Dadah anak mama, Vano sekolah dulu sama oma ya." pamit Devita kepada Vano.

"Bye mama papa nanti beliin Pano jajanan ya." seru Vano sembari menyalimi Devita dan Karel.

"Ma titip anak aku ya." ucap Karel yang langsung mendapat cubitan kecil dari sang mama.

"Kamu ini kebiasaan banget, kayak lagi sama siapa aja." tegur mama Ina, Karel hanya terkekeh kecil.

"Iya iya, Vano sini papa rapihin dulu rambutnya biar keren." Vano pun mendekat ke arah Karel.

"Udah papa, nanti Pano telat." ucap Vano karena Karel yang agak lama membenahi rambutnya.

"Yaudah iya, baik-baik ya di sekolah, nurut kata oma sama kata ibu guru." pesan Karel kepada Vano.

"Iya papa, Vano turun dulu ya." Vano kemudian mengecup pipi Karel dan pipi Devita bergantian.

Setelah Vano dan mama Ina turun dari mobil, Karel langsung menyalakan mobilnya untuk bersiap menuju kampus. Mama Ina dan Vano memang sengaja ia tinggal, karena nanti yang menjemput Vano dan mama Ina adalah sopir dari mama Ina.

"Rel, nanti mampir ke apotek depan ya." ujar Devita menatap Karel sebentar.

"Mau ngapain, kamu sakit?." tanya Karel dengan sesekali melihat ke arah istrinya.

"Enggak, buat persiapan aja, soalnya sebentar lagi udah jadwalnya aku haid, biasalah." Ya, memang sudah rutinitas setiap bulan Devita untuk menyetok obat penghilang nyeri haidnya.

"Kamu mau tau gak obat yang paling manjur biar kamu gak sakit lagi." ucap Karel.

"Emang bisa, apaan?." tanya Devita yang penasaran.

"Sini kamu deketan, aku bisikin." Devita pada dasarnya memang penasaran, ia langsung mendekat ke arah suaminya.

Melihat respon istrinya yang begitu penasaran, Karel tidak bisa menyembunyikan tawanya, ia langsung terbahak saat itu juga.

"Ih yang bener dong, malah ketawa." Devita menepuk paha Karel kesal.

"Yaudah sini." Karel menarik kepala belakang Devita untuk mendekat ke bibirnya.

"Cepetan."

"Kamu aku hamilin lagi." bisik Karel yang langsung terbahak kembali.

Berbeda dengan Devita, ia langsung medelik dan mencubit perut Karel. Namun bukannya merasa kesakitan, Karel justru semakin tertawa dan mendekap Devita di dadanya.

"Itu mah maunya kamu aja." protes Devita.

"Tapi bener sayang, kan kalau ibu hamil gak mungkin haid, jadi kamu gak sakit lagi."

"Dih kata siapa jadi ibu hamil itu tenang-tenang aja, kamu gak inget, waktu aku lagi hamil Vano aku selalu bilang capek, sakit, pegel, kram, sampai aku nangis-nangis. Kamu gak inget itu?." bantah Devita.

Memang beberapa tahun lalu saat Devita mengandung Vano, ia sering mengeluh karena kondisi badannya yang tidak enak. Apalagi saat mau tidur, Devita tidak bisa tidur jika pinggangnya tidak di sentuh oleh Karel, entah di elus atau di pijat, intinya harus yang memegangnya itu tangan Karel. Tidak hanya itu, bahkan tak jarang Devita juga mengeluh saat terlalu lama berdiri atau duduk, sampai-sampai Karel harus siap siaga untuk membantu Devita dalam beraktivitas.

"Inget gak?." tanya Devita kembali kala melihat respon Karel yang hanya diam.

Karel menunduk menatap wajah istrinya yang tengah mendongak menatapnya. "Iya-iya inget, tapi kamu gak trauma kan buat hamil lagi?." tanya Karel random.

Rahasia DeKaWhere stories live. Discover now