Part 20

17.5K 1.1K 39
                                    

Happy Reading Guys

Setelah kemarin melewati hari yang penuh drama di kampus. Hari ini Devita sedang berada di ambang kebimbangan. Di satu sisi ia ingin menemani Vano sekolah, karena memang pada dasarnya ia masih rindu dengan anak semata wayangnya, ia masih ingin berlama-lama berada di dekat Vano. Tapi di sisi lain, ia juga punya kewajiban lainnya sebagai mahasiswa, tapi ia juga masih belum siap untuk ke kampus lagi setelah kejadian kemarin yang sempat heboh di kampus, apalagi jika harus bertemu dengan teman-temannya, Devita masih belum siap melihat respon teman-temannya.

Devita berulang kali mengacak-acak rambutnya, rasanya malas sekali jika ia harus dihadapkan dengan dua pilihan yang membingungkan seperti ini.

"Dev, are you oke?." tanya Karel yang mengagetkan lamunan Devita.

"Ih kamu mah ngagetin aja." tegur Devita.

"Lagian kamu lama banget di dapur, terus itu juga kompor udah dimatiin kenapa makanannya gak di pindah ke piring coba." ucap Karel sembari membantu memindahkan nasi goreng yang di buat oleh devita ke dalam piring.

"Lagi mikirin apa sih emang?." sambung Karel yang mulai curiga dengan gelagat aneh istrinya sejak semalam.

Devita hanya menunduk lalu mengehela nafasnya dalam.

"Gak kok gak lagi mikirin apa-apa." bohong Devita menatap Karel dengan penuh keyakinan agar Karel tidak ragu padanya.

Karel terdiam sebentar membalas tatapan Devita. Ia yakin kalau saat ini ada yang sedang menganggu pikiran istrinya, tapi ia juga paham, mungkin Devita masih belum siap untuk berbagi cerita dengannya.

"Nanti kalau pikiran kamu udah tenang, aku siap dengerin cerita kamu." jawab Karel lalu langsung berbalik menuju meja makan menghampiri Vano yang tengah duduk manis di atas kursi.

Tidak ambil pusing, Devita langsung menyusul Karel untuk mulai sarapan.

"Mama, tolong bilangin oma, sebelum ke sekolah nanti anterin ke indo***** dulu ya, aku mau beli jajan." ucap Vano dengan pipi yang masih menggembung yang berisikan nasi goreng yang belum selesai di kunyah.

"Iya sayang nanti mama anterin ya." jawab Devita di ikuti dengan senyumannya.

Iya, akhirnya Devita memilih untuk absen kuliah.

Karel yang kaget dengan ucapan Devita hanya melirik Devita tanpa berbicara apapun.

"Mama mau anterin pano?." tanya Vano dengan antusias dan mata yang berbinar.

"Iya dong, mama mau anterin Vano, nanti mama tungguin sampai Vano pulang." balas Devita yang tak kalah antusias.

Alih-alih langsung menegur atau bertanya langsung kepada Devita. Karel justru menggenggam tangan Devita yang terletak di bawah meja, ia menggenggam dengan erat seolah ia tau kegundahan yang di rasakan istrinya.

Devita sebenarnya kaget saat Karel tiba-tiba meraih tangannya yang terletak di bawah meja, namun sesaat kemudian, Devita sadar bahwa Karel sedang memberinya semangat kepada dirinya seolah berkata semuanya akan baik-baik saja.

"Vano sayang, berangkatnya kan masih lama, kamu nonton TV dulu aja ya, mama mau cuci piring sebentar." ucap Devita ketika semuanya sudah selesai sarapan.

"Iya, tapi nanti bawa bekel buatan mama ya, pano nanti mau pamer ke temen-temen pano, kalau pano hari ini makannya di suapin sama mama." ucap Vano polos.

Saat mendengar ucapan Vano, hati Devita sebagai seorang ibu rasanya sangat sakit. Sebegitunya kah anaknya di ejek oleh teman-temannya karena tidak pernah di antar oleh dirinya.

Rahasia DeKaWhere stories live. Discover now