Part 21

15.5K 1.1K 30
                                    

Happy Reading Guys

Saat waktu istirahat tiba, semua murid berhamburan keluar menghampiri orang tuanya masing-masing termasuk Vano, bocah kecil itu dengan riangnya berlari kecil menghampiri sang mama yang tengah menunggu di dekat pintu kelas.

"Hallo sayang, gimana tadi di kelas, seneng gak?." sapa Devita dengan berlutut menyamakan tingginya dengan tinggi Vano.

"Seneng banget mama, tadi mainan benda-benda, ada yang kotak, ada yang kayak telur, ada yang segitiga, banyak banget tadi." jawab Vano dengan riang.

"Ih happy banget anak mama, yaudah sekarang kita makan dulu yuk, Vano mau makan dimana?." tanya Devita.

"Di sana yuk ma, deket temen-temen Pano." Vano menunjuk ke arah taman bermain yang sudah di padati dengan ibu-ibu yang sedang menemani anaknya masing-masing.

"Boleh, ayo kita kesana." balas Devita seraya menggandeng tangan putranya menuju ke arah salah satu bangku panjang yang masih kosong di sekitaran taman bermain yang Vano tunjukan tadi.

Saat Devita dan Vano sudah duduk di bangku yang terletak di pinggir taman, Devita pun langsung menyiapkan makanan Vano lalu menyuapi anaknya itu dengan telaten.

Vano termasuk anak yang pintar dan nurut, bahkan untuk sekedar makan saja, ia sangat tenang, tidak seperti kebanyakan temannya yang lain, yang pada saat makan, mereka harus sambil bermain.

"Pano, ini siapa?." tanya anak kecil yang tiba-tiba menghampiri Vano dan menunjuk ke arah Devita.

"Bayu, ini mama Pano, cantik kan mama Pano." Vano mengenalkan mamanya ke teman sebayanya dengan bangga.

"Oh tante mamanya Pano, tapi kok tante gak pernah nungguin Pano di sekolah?." tanya Bayu dengan polosnya.

Devita tersenyum sejenak, "Iya sayang, soalnya tant-." ucapan Devita terpotong karena disela oleh seseorang.

"Alah palingan juga males tuh, biasa namanya juga orang tua muda, emang dikit-dikit neneknya yang ngurusin." ucap ibu-ibu dengan dandanan menor yang ia duga pasti itu mamanya Bayu.

"Maaf ibu, di sini masih banyak anak-anak, tolong tata bahasanya di jaga dulu ya." balas Devita sopan.

"Gak gitu, saya tuh suka gemes gitu sama orang tua muda jaman sekarang, gak bisa mandiri, emang kamu gak kasihan ngeliat neneknya Vano tiap hari harus nganterin Vano sekolah. Kamu tuh udah nikah, berarti kamu udah dewasa, bahkan selama Vano sekolah disini aja saya gak pernah lihat bapaknya Vano." tutur mama Bayu dengan nada sinis.

"Oh atau jangan-jangan Vano ayahnya udah gak ada, eh atau emang gak punya." sambung ibu itu di akhiri dengan kekehan meremehkan.

Devita menghela nafasnya pelan.

"Ibu mohon maaf, untuk urusan keluarga saya, ibu gak berhak tau dan ibu juga gak berhak ngehakimin saya sampai segininya. Saya dan anak saya hidup juga bukan dari biaya ibu, dan satu lagi, suami saya ada kok bu, tapi maaf, suami saya bukan untuk konsumsi publik." balas Devita dengan nada tenang. Ia harus bisa mengontrol emosinya karena di sekelilinya masih banyak anak kecil, sangat tidak pantas kalau urusan seperti ini, anak-anak harus mendengar.

"Vano sayang, habis istirahat kan pulang ya, sekarang kamu beres-beres di kelas sekalian ambil tas kamu ya, mama mau kabarin papa, biar jemput kita sekarang aja." ucap Devita pelan kepada Vano.

"Tapi sama mama ya." balas Vano dengan wajah yang tidak bisa di gambarkan.

"Kenapa sayang, Vano perlu bantuan mama?." ucap Devita.

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Rahasia DeKaWhere stories live. Discover now