Part 10

19.5K 993 13
                                    

Happy Reading Guysss

"Assalamualaikum." ucap Seseorang di seberang sana.

"Eugh, waalaikumsalam, ini siapa ya?." ucap Devita yang masih setengah sadar.

Tidur Devita terusik karena suara ponselnya yang terus berdering sejak tadi, bahkan saking ngantuknya, ia sampai tak sempat melihat nama sang penelpon.

"Ini mami sayang." ucap mami Sani di seberang sana.

"Mami? tumben pagi-pagi gini telepon, ada apa mi?."

"Gak ada apa apa, ini mami cuma mau ngasih tau, minggu depan kamu pulang ke Semarang ya, sepupu kamu si Selly nikahan."

Devita mengerutkan dahinya, menimbang-nimbang harus menjawab apa. Karena sebenarnya ia sangat menghindari sepupunya yang satu itu.

Selly merupakan sepupu Devita dari keluarga mamanya yang tinggal di Semarang. Devita dan Selly dari dulu tidak pernah akur, bukan hanya dengan Selly saja, bahkan dengan kedua orang tua Selly juga Devita tidak akur.

Selly itu selalu iri dengan Devita, karena dari dulu Devita selalu lebih unggul di banding dirinya. Selly bahkan sangat tidak suka jika Devita di puji-puji oleh banyak orang. Banyak yang membandingkan dirinya dengan Devita, mulai dari nilai di sekolah, kecantikan, dan masih banyak lagi. Dan karena itu juga, orang tua Selly jadi tidak suka dengan Devita. Mereka selalu menganggap Devita dan keluarganya adalah saingan mereka.

Meskipun demikian, Devita dan keluarganya tetap menganggap mereka saudara, karena mau bagaimana pun mereka masih memiliki hubungan darah. Tapi ya tetap saja, Devita agak sewot jika mengingat ucapan-ucapan jahat yang pernah dilontarkan oleh sepupu dan juga tantenya itu di setiap pertemuan mereka.

"Males ah mi." rajuk Devita yang memang benar-benar malas bertemu dengan sepupunya yang satu itu.

"Devita sayang, gak boleh gitu, dia masih tetep sodara kamu loh, gak baik masa sama sodara sendiri musuhan sih" ucap mami Sani yang seolah tau apa yang sedang dipikiran oleh Devita.

"Ya ya ya, nanti aku bilang Karel dulu, tapi kalo Karel gak bisa, aku gak mau kesana sendiri loh mi."

"Iya, mami pastiin pasti Karel bisa, Karel kan mantu mami yang paling baik." ucap mami Sani dengan percaya dirinya.

"Iya yaudah, aku tutup dulu ya mi, mau nyiapin sarapan dulu."

"Yaudah mami tutup ya, assalamualaikum."

"Hm, waalaikumsalam."

Setelah panggilan terputus, Devita menoleh ke arah suaminya. Rupanya Karel masih tertidur dengan nyenyak. Devita mendekat ke arah Karel, mengelus rambut Karel dan mengecup bibir Karel singkat, setelah itu ia beranjak menuju dapur untuk menyiapkan sarapan anak dan suaminya.

"Mama."

Devita menoleh ketika mendengar ada yang memanggilnya, "Loh sayang, baru mau mama bangunin."

Devita menghampiri anaknya yang tengah berada di gendong Karel. Keduanya berjalan ke arah Devita dengan wajah yang masih muka bantal. Tapi tetap saja, mau seacak-acakan apapun anak dan suaminya, keduanya masih tetap terlihat tampan, bahkan sangat tampan, apalagi Karel, Devita bahkan sampai nyebut jika melihat Karel dengan kondisi seperti itu.

Devita mencium kedua pipi dari kedua laki-laki berbeda usia tersebut dengan sayang.

"Udah ayo sarapan, udah mama buatin omelette buat Vano dan nasi goreng buat papa Karel yang ganteng." ajak Devita sembari menggandeng tangan suaminya, menggiringnya ke arah meja makan.

"Bentar aku sama Vano cuci tangan dulu." Karel langsung menggendong Vano untuk cuci tangan di wastafel yang ada di dapur.

Sedari dulu memang Karel dan Devita memiliki kebiasaan selalu cuci tangan sebelum makan, dan hal tersebut mereka turunkan ke Vano. Sehingga sampai sekarang mau dimana pun tempatnya, pasti Vano selalu minta untuk cuci tangan terlebih dahulu sebelum makan, sekalipun itu menggunakan air dari botol minuman kemasan, itu tidak masalah bagi Vano, yang penting ia bisa cuci tangan.

Rahasia DeKaΌπου ζουν οι ιστορίες. Ανακάλυψε τώρα