GENTHA | Kita cerai

Start from the beginning
                                    

Daniel menampilkan cengirannya. "Basa-basi doang, bro."

Gendra memutar kursi gamingnya, menghadap kedua temannya yang duduk di sofa. "Ngapain, sih, kalian berdua ke sini? ganggu ketenangan gue aja," sewot Gendra.

"Kita niat mau nemenin lo, kasian lo sendiri semenjak bini lo minta pisah rumah," sahut Prince.

Daniel mengangguk. "Kesepian 'kan, lo nggak ada bini lo?" tanya Daniel, memancing-mancing Gendra.

Gendra memutar bola matanya jengah. "Gue bahagia nggak ada dia."

"Sebenernya, apa alasan lo benci sama Thara?" tanya Prince, raut wajahnya terlihat penasaran.

Gendra mengambil segelas wine yang terletak di dekat komputernya, lalu meneguknya santai. "Nggak perlu ada alasannya," gelas yang berisi wine itu kini sudah habis tak bersisa, ia kembali meletakkan gelasnya di tempat semula.

Daniel berdecak. "Kalo gue jadi lo, gue bakal cium-ciumin, tuh, si Thara. Kalo perlu, gue unboxing tiap hari," ucap Daniel, asal.

Prince menatap Daniel dengan tatapan jijik. "Goblok! lo pikir, Thara mau?"

Dengan pedenya, Daniel mengangguk. "Mau, lah. Siapa coba yang nggak mau sama cowok modelan gue?" sahutnya dengan sombong.

"Sini lo," Gendra memberi isyarat pada Daniel agar mendekat padanya.

Dan dengan polosnya, Daniel menghampiri Gendra tanpa rasa curiga.

Gendra mengambil bungkus cemilan kosong, lalu memasukkannya ke dalam mulut Daniel. "Makan, tuh, Thara," cetus Gendra, kesal.

"Kenapa lo? jealous?" tanya Prince.

Gendra menatap Prince tajam. "Impossible."

Daniel mengeluarkan bungkus cemilan itu dari dalam mulutnya, lalu membuangnya asal. "Halah, sok-sokan impossible, padahal aslinya jealous," sindirnya.

"Tau apa lo tentang isi hati gue?"

Daniel dan Prince saling bertatapan, lalu mereka sama-sama tertawa. "Lo pikir, kita nggak tau kalo tadi lo teleponan sama Thara? terus pas Thara minta cerai, lo malah nggak mau, dengan alasan nggak ada yang bakal ngurusin lo."

"Kili kiti cirii, siipi ying bikil ngirisin gii," ledek keduanya bersamaan, menirukan ucapan Gendra tadi.

Raut wajah Gendra berubah menjadi datar. "Fuck," umpat Gendra, lirih.

Keduanya kembali tertawa, namun tawa mereka terhenti saat melihat Gendra mengeluarkan pistolnya dan menodongkannya ke arah mereka.

"Berapa lama kalian nguping?!" nada bicara Gendra terdengar dingin, namun juga terdengar sangat menyeramkan. Mata honey brown miliknya menatap kedua temannya seperti ingin menghabisinya saat ini juga.

Daniel berdeham. "Calm, bro," ucapnya, menutupi kegugupannya. Ia menoleh ke sofa, namun tidak mendapati Prince. Ketika ia melihat ke arah pintu, ternyata Prince baru saja keluar dari kamar Gendra. Rupanya, Prince kabur.

Namun sebelum benar-benar kabur, Prince berpamitan pada Gendra. "Gen, gue cabut dulu, ya."

"Bangsat," gumam Daniel, mengumpat. Ia menatap Gendra yang masih menatapnya tajam. "Gue juga cabut, ya, Gen. Mau ke basecamp, nih. Cepet sembuh buat kaki lo," Daniel berucap sembari cengengesan, lalu beranjak pergi dari hadapan Gendra secepat kilat.

GENTHA [END]Where stories live. Discover now