GENTHA | Kita cerai

Start from the beginning
                                    

"Thara!" sentak Gendra, kesal mendengar jawaban dari istrinya yang menurutnya tidak memuaskan.

"Aku mau cerai dari kakak, boleh?"

"Nggak!" jawab Gendra cepat. "Kalo kita cerai, siapa yang bakal ngurusin gue? terus anak kita gimana?"

"Bukannya dari awal yang minta cerai itu kak Gendra sendiri? dan kalo tentang anak kita, aku bisa ngurus sendiri."

Gendra memutar kedua bola matanya kesal. "Lo nggak bakal bisa hidup tanpa gue."

"Justru hidup tanpa kakak bikin aku tenang."

Lagi lagi Gendra berdecak kesal, mengapa jawaban Thara terdengar sangat pedas?

"Terserah!" sarkasnya, lalu mematikan sambungan teleponnya dengan kesal.

Gendra tengah duduk di kursi gaming, di depannya ada komputer khusus untuk dirinya bermain game. Selain hobi membunuh, Gendra juga sangat hobi bermain game. Bahkan ada ruangan khusus untuk game, namun ia juga menyediakannya di dalam kamarnya. Jika ia sedang bosan dan ingin bermain game untuk menghilangkan rasa bosan itu—tetapi ia malas ke ruangan game, ia bisa bermain game di dalam kamarnya tanpa ke ruangan game.

Kamar Gendra sangat luas, jadi seberapa banyak barang yang ia bawa ke dalam kamarnya, tidak akan membuat kamarnya menjadi sempit.

Tatapannya teralihkan pada sketsa yang terletak di atas laci, ia mengambil sketsa itu. Apa sketsa ini Thara yang membuatnya sendiri? sketsa wajah dirinya yang begitu tampan.

Ketika Gendra tengah fokus memandangi sketsa itu, tiba-tiba tangannya merasakan ada sesuatu di balik sketsa tersebut. Gendra pun membalik sketsanya. Dan benar saja, ada sebuah kertas kecil yang terlipat. Gendra segera mengambil kertas itu, lalu membacanya.

Sketsa ini aku buat untuk yang kedua kalinya buat kakak. Aku tau sketsa sampahku ini kurang bagus, makanya kakak balikin kado yang aku kasih ke kak Gendra. Padahal waktu itu aku rela begadang demi bikin sketsa itu. Aku kira, kak Gendra bakal suka, tapi ternyata nggak. Tapi aku berinisiatif buat bikin sketsa lagi, semoga kali ini kakak suka, ya. Itu sketsa wajah kakak. Ganteng banget 'kan, suaminya Thara? hehehe semoga kakak suka♡

Gendra terkekeh ketika membaca kalimat terakhir. "Iya, suaminya Thara yang bajingan ini ganteng banget."

Ternyata Thara rela begadang demi membuat sketsa itu? dan dengan bodohnya, Gendra malah mengembalikan sketsa itu pada Thara, dan mengatainya sketsa murahan.

Tak dapat dipungkiri bahwa Gendra sangat menyukai sketsa buatan istrinya itu.

Gendra tersenyum saat kembali membaca surat itu. Namun sedetik kemudian, ia tersadar dan mengubah ekspresinya menjadi bingung. Perasaan apa yang tengah ia rasakan saat ini?

Tiba-tiba Gendra dikejutkan dengan lemparan vape dari belakang. Gendra menoleh ke belakang, mendapati Daniel di ambang pintu kamarnya bersama Prince. "Anjing," umpatnya, matanya menatap tajam ke arah Daniel yang tengah cengengesan.

"Lagian tadi gue liat lo senyum-senyum sendiri," Daniel berjalan ke arah Gendra, lalu mengambil vape yang tadi ia lemparkan pada Gendra. Kemudian duduk di sofa—di samping Prince.

"Gimana kaki lo? udah sembuh?" tanya Daniel seraya menghisap vapenya.

Prince menoyor kepala Daniel karena geram. "Ngawur banget mulut lo, anjir. Baru beberapa jam yang lalu di tembak, ya kali udah sembuh aja."

GENTHA [END]Where stories live. Discover now